Pemilihan metode
pembelajaran sangat menentukan
kualitas
pengajaran dalam
proses belajar mengajar.
Menurut Riris pujiwati
(2003) untuk
mencapai tujuan pengajaran
diperlukan penggunaan
metode pembelajaran yang
optimal. Hal ini
berarti bahwa untuk
mencapai kualitas
pengajaran yang tinggi
setiap mata pelajaran
khususnya matematika harus
diorganisasi dengan strategi
pengorganisasian yang
tepat dan selanjutnya
disampaikan kepada
siswa
dengan strategi yang tepat pula. Peningkatan kualitas ini sejalan
dengan
dasar-dasar teori belajar yang lain (Ruseffendi,1990:18).
Model pembelajaran merupakan
salah satu penyebab
yang
dapat mempengaruhi motivasi
dan prestasi belajar
siswa. Selama ini
pembelajaran yang
dilakukan disekolah lebih
bersifat konvensional.
Maksudnya
murid hanya mendengarkan apa saja yang dijelaskan oleh
guru.
Dalam pembelajaran konvensional biasanya peranan guru sangat
dominan sedangkan siswa
biasanya bersifat pasif
dan hanya
menerima. Penggunaan model
pembelajaran tersebut dapat
mengakibatkan
keterlibatan siswa selama pembelajaran menurun atau
keaktifan siswa
rendah. Dalam hal
ini siswa tidak
berperan sebagai
subyek
belajar yang aktif dan kreatif melainkan obyek pembelajaran.
Tanggung jawab
siswa dalam hal
kemampuan mengembangkan,
menemukan, menyelidiki, dan
mengungkapkan pengetahuannya
menjadi
berkurang.
|
Berangkat dari
kurang tepatnya pembelajaran konvensional
seperti diatas,
banyak
penelitian-penelitian
dilancarkan dan sampai
pada kesimpulan
bahwa pembelajaran konvensional dengan
metode
ceramah
kurang tepat dengan karakteristik mata pelajaran matematika
dan
peningkatan prestasi belajar. Salah satu pembelajaran yang tepat
dan sesuai
dengan karakteristik mata
pelajaran matematika dan
peningkatan prestasi
belajar adalah pembelajaran kooperatif,
karena
pada
pelajaran matematika memuat hal-hal yang hanya bukan sekedar
mendengar, menghafal
atau mengingat rumus-rumus tetapi
harus
menguasi konsep
yang diterima, dengan
metode pembelajaran
kooperatif
ini siswa dapat belajar bekerjasama untuk mencapai tujuan
pribadi anggota kelompok harus
membantu teman dalam
kelompoknya
dengan cara melakukan apa saja yang dapat membantu
kelompok
itu berhasil dan yang lebih penting mendorong
teman dan
kelompoknya untuk
melakukan upaya maksimum
sehingga siswa
lebih berani
mengungkapkan pendapat dan
bertanya satu sama
lain
serta
rasa takut pada diri siswa akan teratasi.
Arends (Ibrahim
2000:29) membagi model
pembelajaran
kooperatif menjadi
empat pendekatan yaitu:
STAD, Jigsaw,
Investigasi Kelompok
(IK), dan Pendekatan Struktural. Dalam
penelitian ini
penulis hanya membahas
pendekatan struktural model
NHT (Numbered
Heads Together). Dengan
pendekatan ini, siswa
diharapkan dapat
saling berinterkasi dan
bekerja sama dalam
kelompok sehingga
dapat memecahkan permasalahannya, sedangkan
guru sebagai
pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan
permasalahan.
|
No comments:
Post a Comment