SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Monday, September 26, 2011

analisis nilai edukatif dalam novel ”love in pesantren” karya shachree m. daroini sebagai reformulasi pola interaksi guru dan murid di pesantren

Penulis : -
Kode     : 070
Judul     : analisis nilai edukatif dalam novel ”love in pesantren” karya shachree m. daroini sebagai reformulasi pola interaksi guru dan murid di pesantren
-------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Pendidikan bukanlah kata yang asing di telinga masyarakat awam sekalipun. Karena seiring dengan laju perkembangan zaman, masyarakat Indonesia semakin tersadarkan tentang pentingnya pendidikan. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa ”Pendidikan hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Ada beberapa pendapat lain mengenai definisi pendidikan.
            Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. [1]
            John Dewey: Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia karena pendidikan merupakan proses pengalaman. Setiap manusia menempuh kehidupan baik fisik maupun rohani. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, maka pendidikan merupakan proses yang membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi usia.
            Ki Hajar Dewantara: Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya. Dalam pendidikan diberikan tuntunan oleh pendidik kepada pertumbuhan anak didik untuk memajukan kehidupannya. Maksud pendidikan ialah menuntun segala kekuatan kodrati anak didik menjadi manusia dan anggota masyarakat yang mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[2]

Penerapan metode resitasi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa | Contoh Skripsi

Penulis : -
Kode     : 072
Judul     : Penerapan metode resitasi dalam menumbuhkan  motivasi belajar siswa MAN Kota Blitar
-------------------------------------------------


A.    LATAR BELAKANG

Pendidikan  merupakan suatu proses untuk menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya dimasyarakat. Namun dalam menjalani pendidikan tidak mudah dan banyak masalah yang dihadapi yang harus diselesaikan. Oleh sebab itu pendidikan perlu dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menyentuh sasaran sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.[1]
Pendidikan sangat penting dan harus dimengerti oleh semua umat manusia terutama dalam rangka mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya, sebagaimana yang tercantum dalam Tujuan Pendidikan Nasional:
Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkeperibadian, disiplin, bekerja keras, tanggung jawab, cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani.[2]

Sebagai seorang pendidik guru dituntut oleh banyak hal, karena tugas guru tidak hanya mengajar (transfer ilmu pengetahuan) saja, tetapi guru juga dituntut untuk bisa memotivasi anak didiknya, sebab motivasi yang diberikan pendidik sangat berpengaruh terhadap anak didiknya. Sedangkan motivasi sendiri sangat beragam salah satunya adalah metode pengajaran yang digunakan oleh guru tersebut.

kepemimpinan kepala madrasah dalam pengembangan lembaga pendidikan islam

Penulis : -
Kode     : 073
Judul     : kepemimpinan kepala madrasah dalam pengembangan lembaga pendidikan islam di MTS NU (nahdlatul ulama) mojosari loceret nganjuk
-------------------------------------------------

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai tempat proses belajar-mengajar yang mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Konsep dasar dan pelaksanaannya akan ikut menentukan jalannya pendidikan di tengah kehidupan manusia. Namun demikian, pada tingkat pelaksanaannya pendidikan mulai menghadapi perubahan sosial. Karena dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan diperlukan struktur organisasi yang baik, termasuk dengan kepemimpinan kepala madrasah salah satu faktor yang paling penting.
Pendidikan yang dalam pelaksanaannya melahirkan suatu konsep pemindahan pengalaman kepada anak didik, kegiatan pemindahan pengalaman serta mengembangkannya itu kemudian menempati tempat khusus dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan fungsi dan tanggung jawab tersebut diatas, maka sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Berdasarkan hal tersebut diatas berarti kurikulum sekolah diharapkan mampu mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional, tidak akan sampai kearah itu tanpa didukung oleh kepemimpinan kepala madrasah dalam pengembangan lembaga pendidikan islam yang berkualitas dan efektif. Kepemimpinan yang efektif merupakan realisasi perpaduan bakat dan pengalaman kepemimpinan dalam situasi yang berubah-ubah karena berlangsung melalui interaksi antar sesama manusia. Maka begitu pentingnya kepemimpinan itu dalam kehidupan manusia, Rosulullah SAW bersabda:
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته، الاءمام راع ومسئول عن رعيته (رواه البحاري)
Artinya: “masing-masing kamu adalah pengembala (pemimpin) dan masing-masing kamu harus bertanggung jawab atas kepemimpinanmu itu….” (H.R Bukhari)2
Dalam hadits tersebut memberikan interpretasi tentang kepemimpinan, bahwa manusia dituntut untk mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Dalam memanfaatkan kepemimpinan ini potensi akan bertumbuh dan berkembang dengan baik apabila dikembangkan dengan niat baik dan i’tikad yang baik pula.
Kualitas kepemimpinan menentukan untuk mencapai keberhasilan suatu lembaga pendidikan Islam dalam hal ini adalah MTs NU Mojosari:
Sebab kepemimpinan yang sukses itu mampu mengelola lembaga yang dipimpinnya, mampu mengantisipasi perubahan, mampu mengoreksi kekurangan dan kelemahan serta sanggup membawa lembaga pada tujuan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal ini pimpinan merupakan kunci sukses bagi organisasi.3
Kepemimpinan dan pemimpin dibutuhkan untuk mengefesienkan setiap langkah atau kegiatan yang berarti. Dan hanya pemimpin-pemimpin yang bersedia mengakui bakat-bakat, kapasitas, inisiatif dan kemauan baik dari para pengikutnya (rakyat, anak buah, individu dan kelompok-kelompok individu yang di pimpin) untuk berinisiatif dan bekerja sama secara kooperatif, hanya pemimpin sedemikian inilah yang mampu menjamin kesejahteraan lahir batin masyarakat luas. Sekaligus, pemimpin macam tadi itu sanggup mempertinggi produjktifitas dan efektifitas usaha bersama. Oleh karena itu pemimpin merupakan faktor kritis (crucial factor) yang dapat menentukan maju mundurnya suatu lembaga.4
Kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran khususnya terhadap pembinaan guru dalam melaksanakan tujuannya. Kepemimpinan kepala madrasah yang berkualitas akan mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah termasuk MTs NU Mojosari. Dengan situasi tersebut akan memunculkan tipe atau pola kepemimpinan kepala madrasah dalam segala aktivitasnya mempunyai peranan yang penting sebagai langkah menentukan efektif tidaknya kepemimpinan di sekolah.

kontribusi pendidikan agama islam dalam pembentukan kepribadian siswa | Contoh Skripsi

Penulis : -
Kode     : 071
Judul     : kontribusi pendidikan agama islam dalam pembentukan kepribadian siswa seutuhnya di sma negeri 1 lawang
-------------------------------------------------




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kesekuleran ilmu karena mengabaikan kerusakan ilmu yang dikembangkan tanpa titik henti hingga memasuki wilayah metafisika. Di puncak metafisika itulah terletak keberadaan ilmu tentang Yang Maha Gaib. Ilmu tauhid merupakan sebuah penghampiran atas objek Maha Gaib yang hanya bisa diteruskan dengan proses yang disebut “hudluri” yaitu kesatuan obyek yang pernah dikaji Immanuel khan. (Mulkhan, 2002 : 242)
Problem di atas bisa dilihat daru rumusan tujuan pendidikan tinggi Islam atau pendidikan Islam atau pendidikan Islam pada umumnya. Suatu tujuan sering kali tidak konsisten dengan tujuan pembelajran pada setiap bidang studi. Tujuan bidang studi lebih terfokus pada pemahaman, penjelasan, pencarian dan penemuan. Sementara tujuan ketakwaan dan kesalehan seringkali tidak tampak pada rumusan tujuan pembelajaran pada setiap bidang studi.
Tujuan kelembagaan seringkali gagal dan tidak dijadikan acuan dalam rumusan tujuan pembelajaran suatu bidang studi. Selain itu faktor penting yang perlu diperhatikan ialah rumusan tujuan bidang studi dan pembelajaran yang lebih terfokus pada ranah kognisi. Sementara masalah komitmen tidak lebih banyak berkaitan dengan ranah afeksi. (Muhaimin, 2003 : 136)
Diluar struktur hubungan tujuan kelembagan, bidang studi dan fokus pembelajaran di atas, faktor penting lainnya ialah sistematisasi kurikulum. Hal ini berkaitan dengan problem dikotomi ilmu agama dan sekuler atau umum. Jika dalam ilmu agama didasari keyakinan tentang segala hal berkaitan dengan takdir atau penciptaan Tuhan, dalam ilmu sekuler atau umum, kejadian alam atau peristiwa dan keberadaan suatu hal merupakan proses kausal yang bisa dikenalai melalui penelitian. Pada akhirnya perlu dibangun sebuah konsep ilmu yang identik iman atau sebaliknya. Orang yang berilmu secara benar dan dibagun melalui pemikiran kritis akan sampai pada suatu titik di dalam wilayah metafisik. Pada puncak meta fisika atau kegaiban inilah keberadaan Tuhan Allah dimana komitmen atas keberadaan Allah akan melahirkan iman. Contoh Skripsi

Friday, September 23, 2011

Kontribusi Khutbah Jum’at Dalam Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama | Contoh Skripsi

Penulis : -
Kode     : 074 Kontribusi Khutbah Jum’at Dalam Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Dalam Hidup Bermasyarakat Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Siswa
 -------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

            Dalam hidup bermasyarakat, keanekaragaman tidak bisa kita hindari karena itu semua sudah menjadi sunnatullah. Mulai dari beraneka ragamnya warna kulit sampai pada bermacam-macamnya agama, semua itu selalu menyertai kehidupan kita di dunia. Kita sebagai umat manusia yang berbudaya dan berakal dituntut untuk lebih bijaksana dalam menyikapi keadaan tersebut. Karena dalam kegiatan kita sehari-hari keanekaragaman atau pluralitas itu menjadi sesuatu yang sangat wajar dan bahkan harus. Tanpa keanekaragaman itu mungkin hidup kita akan terasa membosankan dan statis.
            Pluralitas yang dewasa ini marak dibahas adalah tentang pluralitas agama. Bahkan belakangan ini wacana tentang pluralitas agama dan masalah-masalah yang mengitarinya semakin muncul ke permukaan. Buku-buku, tulisan-tulisan, media-media, dan acara-acara seminar, serta dialog seputar agama makin sering kita saksikan dalam berbagai tingkat, baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Kecenderungan meningkatnya perbincangan seputar pluralitas agama dan hubungan antar umat beragama ini seakan tiada putusnya dan tidak akan mengalami masa kadaluarsa.
            Banyak hal yang melatar-belakangi mengapa wacana ini semakin marak, pertama: perlunya sosialisasi bahwa pada dasarnya semua agama datang untuk mengajarkan dan menyebarkan damai dan perdamaian dalam kehidupan manusia. Kedua: wacana agama yang pluralis, toleran, dan inclusive merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran agama itu sendiri. Sebab pluralitas apapun, termasuk pluralitas agama, dan semangat toleransi dan inklusivisme adalah kesenjangan Tuhan yang tidak bisa diubah, dihalangi, dan ditutupi. Ketiga: ada kesenjangan yang jauh antara cita-cita agama dan realitas empirik kehidupan umat beragama di tengah masyarakat. Keempat: semakin menguatnya kecenderungan eksklusivisme dan intoleransi di sebagian umat beragama yang pada gilirinnya memicu terjadinya konflik dan permusuhan yang berlabel agama. Kelima:  perlunya dicari upaya-upaya penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan kerukunan dan perdamaian antar umat beragama.[1]              
Umat Islam sekarang ini telah mengalami kebangkitan yang sudah sejak lama bisa disaksikan oleh berbagai kalangan, termasuk oleh umat agama lain. Keberadaan Islam di dunia ini yang sebagai pencerah kehidupan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi siapa saja yang hidup berdampingan dengannya, termasuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan masyarakat. Contoh Skripsi
            Demikian pentingnya menjaga kerukunan tersebut, maka umat Islam tidak merasa enggan bila harus berhubungan langsung atau bekerja sama dengan pemeluk agama lain. Justru mereka menganggap bahwa cara itulah yang terbaik yang  mungkin harus dilakukan selama itu tidak melanggar batas-batas yang telah ditentukan oleh masing-masing agama yang mereka anut, dan mereka berharap hal tersebut bisa mempererat tali persaudaraan antar umat beragama dalam kehidupan mereka di masyarakat.

Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Siswa | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 069
Judul     :  Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Siswa
 -------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang.
Belajar adalah suatu proses yang komplek dan terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja. Adapun secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya pada tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta selalu ada usaha berupa latihan.[1]Contoh Skripsi
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di beberapa sekolah sebagai pusat pendidikan formal lebih dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri sendiri secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam interaksi belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang antara lain terdiri atas: murid, guru, kepala sekolah, materi pelajaran, sarana prasarana (perpustakaan), lingkungan dan beberapa fasilitas lain yang memenuhi dalam proses  pembelajaran sehingga akan menunjang keefektifan proses pembelajaran.
Peranan guru sangat penting dalam pendidikan. Baik buruknya pendidikan dipengaruhi bagaimana seorang guru bisa memanifestasikan dan mengaplikasikan sumbangsihnya ke dalam lembaga formal untuk mewujudkan kecerdasan bangsa dan cita-cita negara, sehingga antara guru dan pendidikan merupakan satu komponen yang tidak bisa dipisahkan. Jika dari kata “pendidikan” berarti ada pendidik dan ada yang dididik, maka artinya guru dan murid. Seorang guru atau pendidik bekerja sesuai dengan kurikulum sekolah, baik pada tingkat SD, SMP, SMU. Karena itu, frekuensi pendidikan di dalam lembaga pendidikan diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang bisa menyelesaikan pendidikannya sesuai target yang telah ditentukan, dengan mengacu pada kurikulum yang dijadikan sebagai program pembelajaran. Jika interaksi antara kurikulum yang diajarkan oleh guru dengan kemampuan murid dalam menyerap materi itu menjadi satu kesatuan yang utuh, maka target maksimal akan tercapai secara seimbang.  

Peran Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Di SMPN | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 068
Judul     :  Peran Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi  Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Di SMPN
 -------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat konstitusi ini mengisyaratkan bahwa hanya bangsa yang cerdas yang mampu dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia Indonsia mutlak diperlukan dan harus senantiasa diupayakan agar tidak ketinggalan jauh dengan bangsa-bangsa lain. Peningkatan mutu sumber daya manusia yang sangat strategis adalah melalui pendidikan. Sebab pada hakikatnya pendidikan merupakan upaya dan proses peningkatan sumber daya manusia dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa atau pun negara dalam menyelenggarakan Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, pendidikan menjadi faktor utama atau penentu bagi masa depan bangsa.[1] Adapun tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan prestasi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kreatif, mandiri, sehat jasmani dan rohani dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.[2] 
Mutu pendidikan menyangkut berbagai komponen, karena pendidikan itu sendiri sebagai suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen yang merupakan satu keterkaitan. Oleh karena peningkatan mutu pendidikan tidak boleh dilihat dari satu sisi saja, peningkatan mutu pendidikan harus dilihat dari unsur input, proses dan out put pendidikan. Berdasarkan pengamatan dan analisis Departemen Pendidikan Nasional rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor:

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Mbs) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa


Penulis : -
Kode     : 067
Judul     :  Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Mbs) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Smp Negeri 13 Malang
 -------------------------------------------------





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Undang-undang Nomor 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku mulai tahun 2001, berusaha menyerahkan sebagian berkas wewenang kepada daerah propinsi dan kabupaten/kota secara luas, termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam konteks pendidikan, pemerintah kabupaten kota memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan, melaksanakan, dan mengendalikan program dan kegiatan pendidikan dalam kerangka kebijakan nasional. Sedangkan pemerintah pusat bertangung jawab dalam pengembangan kebijakan dan rencana strategis, pengawasan kualitas, dan koordinasi perencanaan, program pendidikan pada tingkat nasional. Melakukan kebijakan tersebut, diharapkan tumbuhnya prakarsa, partisipasi, inovasi, dan kreatifitas dari bawah, baik dari peserta didik, guru, sekolah/madrasah maupun masyarakat di daerah, dan layanan di bidang pendidikan diharapkan dapat lebih memenuhi kebutuhan, lebih cepat, efisien dan efektif, serta diharapkan munculnya berbagai variasi model pengembangan pendidikan di sekolah-sekolah/madrasah, selaras dengan kondisi dan konteks daerah-daerah yang ada di nusantara.Contoh Skripsi

Tuesday, September 20, 2011

model signifikansi penggunaan metode tanya jawab dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran pendidikan agama islam di MAN | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 066
Judul     : model signifikansi penggunaan metode tanya jawab dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran pendidikan agama islam di MAN

-------------------------------------------------





BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Salah satu faktor yang diyakini oleh masyarakat dalam kelangsungan hidup manusia adalah pendidikan. Pendidikanlah yang mampu menstimulus perubahasan sosial kearah terbentuknya suatu kondisi masyarakat yang dicita-citakan. Asumsi bahwa untuk mencapai kemajuan peradaban maka salah satu alternatif faktor pendidikan. Hal ini disebabkan masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan negara itu.
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan.
1
 
Pendidikan sebagai bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok  bagi pendidikan ialah arah tujuan yang ingin dicapai.[1]
Cita-cita atau tujuan harus dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksanaan  dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan mengabur oleh karena tujuan tersebut tidak mungkin dapat dicapai secara sekaligus, maka perlu dibuat secara bertahap.[2]

model pengembangan kurikulum pai di MAN | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 065
Judul     : model pengembangan kurikulum pai di MAN
-------------------------------------------------




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap sekolah/lembaga pendidikan, hal ini bertujuan agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sesuai denagan pernyataan Dirjen Diknas Depdiknas Indra Jati Sidi,
“Sekolah tidak dilarang untuk mengembangkan kurikulum sendiri. Dalam kaitan ini, sekolah seharusnya lebih kreatif mengembangkan kurikulum yang bermanfaat bagi peserta didik, tanpa harus menunggu petunjuk dari pemerinta. Hanya saja pengembangan itu harus tetap berdasarkan pada desaion kurikulum nasional”.Contoh Skripsi

Kebebasan sekolah untuk mengembangkan kurikulum sebagaimana yang telah dilontarkan oleh Dirjen Diknas Depdiknas Indra Jati Sidi, sebenarnya merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pelaku pendidik terutama bagi kepala sekolah dalam birokrat pendidikan yang terkait
Pendidikan merupakan suatu hal yang harus diindahkan oleh setiap insan  bila dia ingin mencapai kesuksesan dan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat. Hal tersebut sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai berikut:

مَنْ اَرَادَ الدُّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَََََمَنْ اَرَادَ اْلأ خِرََةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ. (الحديث)

1
 
Artinya: barang siapa yang menginginkan dunia (kebahagiaan hidup di dunia), maka hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barang siapa menghendaki akherat (kebahagiaan hidup di akhirat), hendaklah ia menguaisai ilmunya, dan barang siapa menghendaki keduanya, maka hendaklah ia mengusai ilmu keduanya. (Hadits Nabi).Contoh Skripsi
Tidak berlebihan banyak kalangan masyarakat yang menganggap madrasah adalah sebuah wadah penampung segala harapan hidup dan masa depan mereka, lebih-lebih dalam menghadapi era globalisasi yang semakin membrutal. Hal ini dikarena masyarakat saaat ini menganggap bahwa pendidikan agama Islam merupakan jalan penopang ambruknya akhlak masyarakat. Sehingga banyak kalangan memberi gelar bahwa madrasah merupakan pendidikan yang bernafaskan keislaman. Di dalam A. Malik Fadjar juga disebutkan bahwa (Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah) merupakan sekolah umum yang berciri khas Islam dan menjadi bagian keseluruhan system pendidikan nasional di negara kita[1]. Dengan adanya madrasah ditengah-tengah masyarakat maka madrasah harus bisa menempatkan diri dan mampu bersosialisasi dengan perkembangan lingkungan yang berjiwa positif serta dapat menjawab porsoalan-porsalan yang ada.
Lantas dari hal ihwal  di atas mampukah madrasah berubah di tengah sekelumit masalah yang ditimpakan kepadanya? Sebagai bagian dari lembaga pendidikan Islam, madrasah seharusnya mampu menyesuaikan dengan tuntutan kehidupan era global.  Maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah melakukan adaptasi kurikulum. Karena tanpa adanya upaya adaptasi kurikulum, maka madrasah tersebut bisa dipastikan akan tertinggal jauh dari masanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Anik Gufron yang menyatakan bahwa "Tanpa upaya adaptasi kurikulum, maka sekolah madrasah ataupun lembaga pendidikan Islam lainnya akan sulit berkembang menjadi sekolah unggulan," Anik Gufron, pakar kurikulum Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jogyakarta (UNJ)[2].

pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan agama islam di smp negeri | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 064
Judul     : pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan agama islam di smp negeri
-------------------------------------------------




BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci utama untuk mempersiapkan generasi muda masa depan dan untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pendidikan mempunyai andil besar dalam membentuk manusia yang berkualitas yang dianggap mampu hidup dengan baik di komunitas masyarakat nantinya. Sebagai titik tekannya manusia mampu membangun dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan menggali potensi yang ada di dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat bangsa dan negara. Semua itu akan tercermin di dalam kebudayaan dan peradaban pada suatu bangsa itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar Ra’du ayat 11 yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar Ra’du: 11)

Berdasarkan ayat di atas, maka manusia tidak akan berubah nasibnya menjadi lebih baik sebelum manusia tersebut mau merubahnya sendiri. Orang lain seperti guru, orang tua, teman maupun saudara kita sifatnya hanya sebagai orang yang membantu kita dalam proses perubahan tetapi kunci perubahan itu hanya  terletak pada diri kita sendiri. Proses perjalanan  perubahan itu mempunyai perjalanan panjang yang memakan waktu sangat lama bahkan dari generasi ke generasi berikutnya. Perlu diketahui bahwa proses merupakan hal yang paling utama baru pada hasilnya. Untuk itu, pendidikan harus diperhatikan dengan lebih cermat karena pendidikan tidak hanya untuk menciptakan manusia cerdas dan terampil saja, tetapi juga menciptakan manusia yang ma’rifat.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Apalagi dengan keluarnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerinah Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom yang berimplikasi terhadap kebijakan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik. (Nurhadi, 2004:81)
Permasalahan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 adalah perubahan radikal dalam otoritas pengembangan pendidikan yang semula berada dalam kekuasaan pemerintah pusat melalui Depdiknasnya sekarang terdelegasi pada pemerintah daerah. Sekarang perubahan radikal tersebut dapat dikuatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada pasal 4 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut:
“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa”. (UU Sisdiknas, 2003: 7)
Poin penting pada ayat ini adalah penegasan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, artinya bahwa keterlibatan masyarakat dalam otoritas pengelola serta initusi-institusi pendukungnya akan lebih besar daripada pemerintah pusat. Dengan demikian tentang peraturan perundangan-undangan yang berlaku sudah memberi arah dan wadah pengembangan sekolah yang lebih demokratis bahkan dalam urusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 menyatakan secara tegas pada pasal 3 yaitu:

strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 063
Judul     : strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga
-------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Anak dalam perspektif Islam merupakan rahmat dari Allah yang diberikan kepada orang tua, dan merupakan titipan Allah kepada orang tuanya, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat 49:

لله ملك السموا ت والأرض يخلق ما يشاء يهب لمن يشاءاناثا ويهب لمن يشاء الذكور(الشورى:49)
Artinya: “ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang  Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang  Dia kehendaki".[1]

peranan pendidikan agama islam dalam membentuk pribadi muslim | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 062
Judul     : peranan pendidikan agama islam dalam membentuk pribadi muslim
-----------------------------------------------------



BAB I

PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah

Dalam perjalanan hidupnya umat manusia senantiasa dihadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alami yang ada disekitarnya. Pengalaman ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan kemudian menghidupkan serta menjadi pengalaman batinnya sebagai alat pendorong untuk mengadakan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya. Perkembangan hidupnya ini tidak lepas dari proses pembentukan pribadi manusia yang diwariskan berkesinambungan kepada generasi berikutnya dengan kelompoknya atau dengan masyarakat, mereka saling memberi pengaruh bersama dalam kehidupan.
Keluarga yang merupakan bagian terkecil dari masyarakat, mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Karena pembinaan kepribadian anak telah ada sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Kepribadian yang masih dalam permulaan pertumbuhan itu, sangat peka dan akan mendapatkan unsur pembinanya melalui pengalaman yang dirasakan, baik melalui pendengaran, perasaan, penglihatan, dan perlakuan yang diterimanya.
Oleh karena itu, maka kepribadian anak yang tumbuh tergantung pada pengalamannya dalam keluarga. Sikap dan pandangan hidup orang tuanya, sopan santun mereka dalam pergaulan, baik dengan anggota keluarga maupun dengan tetangga atau masyarakat. Pada umumnya akan diserap oleh anak dalam pribadinya. Demikian pula sikap mereka terhadap agama, ketekunan menjalankan ibadah dan kepatuhan kepada ketentuan orang tua, serta pelaksanaan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehari-hari juga akan menjadi faktor pembinaan anak secara tidak sengaja.Contoh Skripsi
Menurut Agus Sujanto “Orang tua secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh-pengaruh yang diterimanya dari masyarakat”.1 Si anak menerima dengan daya peniruannya, dengan segala senang hati, sekalipun kadang-kadang ia tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan itu. Dengan demikian si anak akan membawa kemanapun juga pengaruh keluarga itu, sekalipun ia sudah mulai berfikir lebih jauh lagi.
Disamping itu semua, yang sangat penting pula adalah cara mereka memperlakukan anak-anak mereka terlebih pada usia remaja (SLTP) apakah ada pengertian dan kasih sayang yang wajar dan sehat, ataukah tanpa pengertian dan jauh dari kasih sayang, serta macam perlakuan yang mereka terima apakah condong kepada demokrasi atau otoriter (main perintah).

penerapan pendidikan agama islam dalam lingkungan keluarga, Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 061
Judul     :  penerapan pendidikan agama islam dalam lingkungan keluarga 
 -------------------------------------------------



 BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan mengamalkan ajaran agama dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Maka dari itu Pendidikan Agama harus diajarkan pada anak sejak dini.
Kita tahu bahwa pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.[1] Untuk itu maka seseorang harus mempunyai suatu pengetahuan, yang mana pengetahuan tersebut merupakan perlengkapan dasar manusia didalam menempuh kehidupan ini. Ternyata hal yang terpenting pada kehidupan manusia itu sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas suatu pengetahuan yang diperolehnya. Dengan begitu kepribadian setiap manusia akan berbeda, dan itupun sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diperolehny
Dengan demikian pemerintah menginginkan  bahwa kualitas dan kuantitas suatu bangsa (dalam hal ini pendidikan) haruslah ditingkatkan. Dengan begitu maka pendidikan pada suatu bangsa memiliki makna pendidikan yang sangat tinggi, terutama untuk mengembangkan dan membangun generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan, sehingga mengangkat harkat dan martabat bangsa.
 Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak didik.Bilamana keluarga itu beragama Islam maka pendidikan agama yang diberikan kepada anak adalah Pendidikan Islam. Dalam hal ini Pendidikan Islam ditujukan pada pendidikan yang diajarkan Allah melalui Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Nabi.
Hasil-hasil yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.[2] Orang tua atau keluarga menerima tanggung jawab mendidik anak-anak dari Tuhan atau karena kodrat. Keluarga, bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-anaknya.

modernisasi pendidikan pesantren dalam perspektif azyumardi azra


Penulis : -
Kode     : 060
Judul     :  modernisasi pendidikan pesantren dalam perspektif azyumardi azra
 -------------------------------------------------




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan yang lainnya adalah pesantren. Di tinjau dari segi historisnya, Pesantren merupakan bentuk lembaga pribumi tertua di Indonesia. Pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke Indonesia, pesantren terus berkembang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya.
Ada dua pendapat mengenai awal berdirinya pondok pesantren di Indonesia. Pendapat pertama menyebutkan bahwa pondok pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri dan pendapat kedua menyatakan bahwa sistem pendidikan model pondok pesantren adalah asli Indonesia.[1]
 Model pendidikan pesantren yang berkembang di seluruh Indonesia mempunyai nama dan corak yang sangat bervariasi, di Jawa disebut pondok atau pesantren, di aceh di kenal rangkang dan di Sumatra Barat dikenal dengan nama Surau. Nama yang sekarang lazim diterima oleh umum adalah pondok pesantren.
Pesantren sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan yang besar jumlahnya dan luas penyebarannya di berbagai plosok tanah air telah banyak memberikan peran dalam membentuk manusia Indonesia yang religius. Lembaga tersebut telah melahirkan banyak ke pemimpinan bangsa Indonesia di masa lalu, kini dan agaknya juga di masa datang. Lulusan pesantren telah memberikan partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa.
Peran pesantren di masa lalu kelihatannya paling menonjol dalam hal menggerakkan, memimpin dan melakukan perjuangan dalam rangka mengusir penjajah. Di masa sekarang juga amat jelas ketika pemerintah mensosialisasikan programnya dengan melalui pemimpin-pemimpin pesantren. Pada masa-masa mendatang agaknya peran pesantren amat besar Misalnya, arus globalisasi dan industrialisasi telah menimbulkan depresi dan bimbanganya pemikiran serta suramnya prespektif masa depan maka pesantren amat dibutuhkan untuk menyeimbangakan akal dan hati.[2]    
 Di kalangan umat Islam sendiri nampaknya pesantren telah dianggap sebagai model institusi pendidikan yang memiliki keunggulan baik dari aspek tradisi keilmuannya yang merupakan salah satu tradisi agung maupun sisi transmisi dan internalisasi moralitas umat Islam. Malik Fajar menegaskan bahwa, Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia tidak dipungkiri bahwa pesantren telah menjadi semacam local genius[3]
Hal ini menunjukkan bahwa peran pesantren telah merambah ke segala bidang bahkan telah menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional kita, maka sangat keliru sekali ketika ada anggapan peran pesantren sangat kecil dan rendah dalam menyukseskan program pembangunan nasional.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki akar secara historis yang cukup kuat sehingga menduduki posisi relatif sentral dalam dunia keilmuan. Dalam masyarakatnya Pesantren sebagai sub kultur lahir dan berkembang seiring dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat global, Asketisme ( faham Kesufian) yang digunakan pesantren sebagai pilihan ideal bagi masyarakat yang dilanda krisis kehidupan sehingga pesantren sebagai unit budaya yang terpisah dari perkembangan waktu, Menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Peranan seperti  ini yang dikatakan Abdurrahman Wahid : “Sebagai ciri utama pesantren sebuah sub kultur.”[4]
Kehadiran pesantren dikatakan unik karena dua alasan yakni pertama, pesantren hadir untuk merespon terhadap situasi dan kondisi suatu masyarakat yang dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral atau bisa disebut perubahan sosial. Kedua, didirikannya pesantren adalah untuk menyebar luaskan ajaran universalitas Islam ke seluruh pelosok nusantara.[5]
Disamping itu, ada usaha coba-coba untuk mendorong pesantren agar membina diri sebagai basis bagi upaya pengembangan pedesaan dan masyarakat yang di mulai pada awal-awal tahun tujuh puluhan yang pada saat ini telah berkembang menjadi usaha keras dan besar-besaran untuk transformasi sosial,  Menurut Abdurrahman wahid "peranan pesantren sebagai pelopor transformasi sosial seperti itu memerlukan pengujian mendalam dari segi kelayakan ide itu sendiri, di samping kemungkinan dampak perubahannya terhadap eksistensi pesantren".[6]
Adanya gagasan untuk mengembangkan pesantren merupakan pengaruh program modernisasi pendidikan Islam. Program modernisasi tersebut berakar pada modernisasi pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan. Modernisasi pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan kebangkitan kaum muslimin di masa modern. Maka pemikiran dan kelembagan Islam termasuk pendidikan (pesantren) haruslah dimodernisasi yaitu diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas. Dengan kata lain, mempertahankan pemikiran kelembagaan Islam tradisional akan memperpanjang nestapa ketertinggalan umat Islam dalam kemajuan dunia modern. Hal ini memunculkan pertanyaan bagi Azra. "bagaimana sesungguhnya hubungan antara modernisasi dan pendidikan, lebih khusus dengan pendidikan Islam di Indonesia?"[7]  
Sebenarnya gagasan pembaharuan pesantren di Indonesia diperkenalkan oleh kaum modernis dengan gagasan sekolah model Belanda pada tahun 1924. Pembaharuan pada waktu itu ditentang banyak oleh kaum konservatif (kyai) dikarenakan model sekolah-sekolah itu dapat memukul akar kekuasaan kyai yang terdalam. Namun semangat kaum modernis tidak dapat dibendung, mereka dengan hati-hati dalam programnya mendesak perlunya pengajaran mata pelajaran modern dengan cara- cara modern, mereka memasukkan Islam sebagai suatu mata pelajaran modern dan membuatnya sebagai bagian yang yang tak terpisahkan dari kurikulum sekolah.[8]   

Wednesday, September 14, 2011

pengembangan pembelajaran kitab kuning di pesantren luhur malang, Contoh Skripsi


 
Penulis : -
Kode     : 059
Judul     :  pengembangan pembelajaran kitab kuning di pesantren luhur malang
 -------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu, ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup – semenjak dari buaian hingga ajal datang (Al-Hadits) – life long education.[1]
أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ المْـَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ (الحديث)
Artinya:
Belajarlah (carilah) ilmu sejak engkau dalam buaian (ayunan) sampai ke liang lahat. (Al-Hadits)
Pentingnya pendidikan untuk membentuk manusia seutuhnya tidak hanya diakui oleh dunia Islam saja, tetapi hal ini juga diakui oleh bangsa Indonesia. Buktinya pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1.      Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
2.      Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.[2]
Secara tidak langsung kedaulatan tersebut menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.[3] Oleh karena itu, pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.[4]
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi umat manusia, untuk membentuk aspek-aspek dalam diri manusia. Adapun aspek tersebut meliputi: aspek keilmuan, aspek keterampilan, aspek kesenian dan aspek keagamaan. Dalam rangka pengembangan aspek itulah maka dibutuhkan lembaga-lembaga yang mampu menyalurkan dan mengarahkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan manusia tersebut.

strategi sekolah dalam pengembangan pembelajaran pendidikan agama islam Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 058
Judul     :  strategi sekolah dalam pengembangan pembelajaran pendidikan agama islam (studi kasus di smp negeri 2 saronggi sumenep madura)”.
 -------------------------------------------------

 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial, terkandung satu maksud manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain secara kodrat manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antara manusia akan berlansung dalam berbagai bentuk komonikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi (belajar). Dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi idukatif. Interaksi idukatif adalah interaksi yang berlansung di dalam ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Yang secara khusus disebut interaksi belajar mengajar (Sardiman, 1990: 1).
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu mengadnimitrasikan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang lazim disebut administrasi kurikulum. Bidang mengadministrasian ini sebenarnya merupakan pusat dari suatu kegiatan di sekolah. Menurut James B. Brow dalam (B. Subroto, 1997: 3) mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

upaya memperoleh pendidikan formal lebih tinggi pada masyarakat tingkat ekonomi lemah, Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     : 057
Judul     :  upaya memperoleh pendidikan formal lebih tinggi pada masyarakat tingkat ekonomi lemah.” (studi kasus, di dusun ploso, desa ploso kecamatan selopuro kabupaten blitar)
 -------------------------------------------------


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Sudah sepatutnya kemerdekaan negara Republik yang telah dicapai selama setengah abad lamanya dengan pengorbanan darah dan nyawa kita syukuri, sebab dengan pengorbanan ini bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang dalam mengejar ketertinggalan dari  negara lain yang sudah mampu membangun.
Skenario besar yang telah dimainkan oleh kapitalisme global dengan melakukan ekspansi ke negara dunia ketiga yang di dalamnya termasuk Indonesia, membawa implikasi yang sangat besar pada paradigma yang berkembang di dalamnya. Reformasi sosial, ekonomi, dan budaya diakui ataupun tidak juga berimplikasi pada dunia pendidikan. Pendidikan sebagai media memanusiakan manusia dan juga sebagai piranti perubahan budaya ternyata mengalami pergeseran nilai yang seharusnya menjadi suatu formula pengembangan intelektual, spiritual, dan emosional. Pergeseran nilai-nilai pendidikan tersebut lebih mengarah pada komoditi ekonomi yang pada dasarnya menciptakan kapitalisme baru, sehingga tidak heran ketika ada suatu anggapan miring pada wilayah pendidikan yang berkembang di Indonesia dianggap tidak lagi membantu atau mampu untuk mendidik. Hal itu disebabkan karena tidak ada jaminan orang yang berpendidikan tinggi lebih terdidik daripada orang-orang orang yang berpendidikan lebih rendah, hal ini berdasarkan pada titik awalnya yaitu maraknya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di dunia birokrasi yang mayoritas dihuni oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi.Contoh Skripsi

upaya guru agama dalam membina mental siswa di man sooko mojokerto contoh makalah


Penulis : -
Kode     : 056
Judul     :  upaya guru agama dalam membina mental siswa di man sooko mojokerto
 -------------------------------------------------

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Dalam ajaran Islam pembinaan mental terhadap siswa yang nantinya sebagai generasi penerus dalam memegang masa depan bangsa, maka sangat dibutuhkan generasi yang mempunyai kualitas intelektual yang tinggi, dengan kualitas mental yang baik, dan  Islam menyebutnya sebagai akhlakul karimah, sebagai generasi penerus bangsa, siswa sebagai anak bangsa sangat diharapkan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini, maka dari itu pendidikan dan pembinaan mental siswa sebagai generasi penerus merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat, dari lingkungan keluarga, masyarakat sosial dan masyarakat sekolah.
            Lingkungan keluarga, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina mental siswa sebagai penerus bangsa ini, dan  khususnya anak mereka, dalam lingkungan sosial masyarakat juga mempunyai andil dalam membina mental siswa, sedangkan dalam lingkungan sekolah guru yang mempunyai tugas dan wewenang dalam membina mental siswa, khususnya seorang guru agama, mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina mental siswa di sekolah, para siswa yang nantinya memegang masa depan bangsa jika mereka kelak mempunyai kualitas mental yang baik maka akan meraih kejayaan dimasa yang akan datang, namun sebaliknya jika para generasi sebagai  penerus bangsa ini mempunyai mental yang buruk maka masa depan bangsa akan mengalami kehancuran dan jauh sesuai dengan apa yang di idam-idamkan oleh bangsa yang tercinta ini, sebagaimana Firman Allah surat Al jumu’ah ayat 2 :

1

2










                 KLIK

translet


Tags

tempat sharing

Blog Archive

Blog Archive