SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Thursday, June 30, 2011

Implementasi manajemen berbasis sekolah (mbs) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di smp negeri 13 malang

Penulis : -
Kode : 043
Judul : Implementasi manajemen berbasis sekolah (mbs) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di smp negeri 13 malang
-------------------------------------------------


ABSTRAK
Fauziyati, Wiwin Rif’atul. 2006. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Pembimbing: Drs. H.M. Sjahid, M.Ag.

Kata Kunci: Implementasi, Manajemen Berbasis Sekolah, Prestasi Belajar.

Diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Kebijakan yang semula dikendalikan oleh pemerintah pusat (sentralistik) diserahkan sepenuhnya kepada daerah (desentralistik).
Dalam konteks otonomi daerah, saat ini sedang dikembangkan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sehingga sekolah mempunyai kemandirian untuk dapat mengoptimalkan seluruh komponen/warga sekolah. Dimana seluruh warga sekolah dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS, manfaat, masalah-masalah dalam implementasinya, dan yang terpenting adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Berangkat dari latar belakang inilah penulis kemudian ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Malang.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), serta faktor pendukung dan penghambat implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 13 Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Malang, yang meliputi manajemen kurikulum dan pengajaran, tenaga pendidikan, hubungan sekolah dengan masyarakat, serta layanan khusus telah berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun bukan berarti Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Malang ini tanpa adanya hambatan. Masih ada beberapa hambatan seperti kurangnya partisipasi orang tua siswa dalam pengembangan sekolah, masih adanya pengaruh dari pusat (Diknas) dalam pengambilan keputusan sekolah, serta terbatasnya pengetahuan tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sehingga dalam penerapannya cenderung apa adanya dan kurang kreatif.

Relevansi Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional Dalam Era Modernisasi

Penulis : -
Kode : 043
Judul : Relevansi Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional Dalam Era Modernisasi
-------------------------------------------------


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan agama tidak dapat diabaikan dalam penyelengaraan pendidikan nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materiil bangsa Indonesia.1 Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan masyarakat seutuhnya dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh kaena itu, agama tidak dapat dipisahkan dengan penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia.
Penyelenggaraan pendidikan nasional diatur oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional yang penjabarannya tertuang dalam Peraturan pemerintah Nomor 27 tentang Pendidikan Prasekolah, Nomor 28 tentang Pendidikan Dasar, nomor 29 tentang pendidikan Menengah, dan Nomor 30 tentang Pendidikan Tinggi. Undang-Undang dan keempat Peraturan Pemerintah tadi harus menjadi rujukan dalam penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga dimana pun pendidikan itu diselenggarakan.2
UU Nomor tahun 1989 telah menetapkan bahwa pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yaitu jenjang Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan pada anak-anak sebelum mengikuti pendidikan dasar adalah pendidikan prasekolah. Berdasar PP Nomor 28, pendidikan dasar mencakup satuan pendidikan menengah, yang mencakup pendidikan menengah umum (SMU/MA) dan pendidikan menengah kejuruan (SMK). Adapun PP Nomor 29 mengatur pendidikan tinggi, baik terkait jenis, program, dan stratanya. Dalam sistem Pendidikan Nasional ini juga termasuk penyelenggaraan pendidikan, seperti pendidikan yang berada dibawah naungan Depdiknas, Depag, maupun pendidikan kedinasan dibawah departemen-departemen lain. Selain pendidikan yang termasuk dalam jalur prasekolah, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur pendidikan pada jalur luar sekolah, salah satunya adalah pesantren.3
Pesantren secara historis telah mendokumentasikan berbagai peristiwa sejarah bangsa Indonesia. Sejak awal penyebaran agama Islam di Indonesia, pesantren merupakan saksi utama dan sarana penting bagi kegiatan Islamisasi tersebut. Perkembangan dan dan kemajuan masyarakat Islam Nusantara, tidak mungkin terpisahkan dari peranan yang dimainkan pesantren. Besarnya arti pesantren dalam perjalanan bangsa Indonesia yang harus dipertahankan. Apalagi pesantren telah dianggap sebagai lembaga pendidikan yang mengakar kuat dari budaya asli bangsa Indonesia.4 Kehadiran pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, kini semakin diminati oleh banyak kalangan, termasuk masyarakat kelas menengah atas. Hal ini membuktikan lembaga ini mampu memberikan solusi terhadap kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Menurut data di Departemen Agama pada tahun 1998, bahwa dari 8.991 pondok pesantren saat itu, terdapat 1.598 berada diwilayah perkotaan sedangkan yang ada diwilayah pedesaan sebanyak 7. 393. Data ini menunjukan adanya pergeseran jumlah pesantren yang ada di perkotaan dari tahun ke tahun. Dengan melihat kecenderunggan ini, diprediksi suatu saat nanti akan terjadi pertimbangan jumlah pesantren antar kota dan desa.5

pengelolaan kelas dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa

Penulis : -
Kode : 042
Judul : pengelolaan kelas dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa di SMPN 1 Ngoro Mojokerto.
-------------------------------------------------

Kata kunci : pengelolaan kelas, kemampuan belajar

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan dalam mengelola kelas.
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengelolaan kelas dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal itu saling tergantung. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional sangat bergantung pada kemampuan mengelola kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran (Semiawan dkk, 1992: 63).
Siswa dapat belajar dengan baik, dalam suasana yang wajar tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Mereka memerlukan bimbingan dan bantuan untuk mamahami bahan pengajaran dalam berbagai kegiatan belajar. Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian atau pengelolaan kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi yang efektif, yang meliputi: tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu yang tersedia, pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran, serta pengelompokan siswa dalam belajar (Semiawan dkk, 1992: 64).

Friday, June 17, 2011

pengobatan alternatif

aku baru saja tertarik dengan metode penyembuhan taping atau totok di bagian tertentu di dalam tubuh kita, pertama kali liat aku langsung percaya....... tetapi aku belum mempraktekanya......

terapi ini sangat mudah sekali, lebih sulit melakukan hipnotis kelihatanya... aku jadi sangat tertarik... menurut yang saya tahu teori nya seperti di bawah ini....
 aku ambil dari terapiseft.com

Teknik SEFT

(Ahmad Faiz Zainuddin)
Ada dua versi dalam melakukan SEFT. Yang pertama adalah versi lengkap yang akan segera saya jelaskan, dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut). Keduanya terdiri dari 3 langkah sederhana, perbedaannya hanya pada langkah ketiga (the Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik. Sebaiknya anda kuasai dulu versi lengkap ini sebelum versi ringkasnya, agar anda mendapatkan hasil yang maksimal.
Versi lengkap maupun versi ringkas SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu: The Set-Up, The Tune-in dan The Tapping.
Versi Lengkap SEFT
1. The Set-Up
“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir “Psychological reversal” atau “perlawanan psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bahwa sadar negatif).
Contoh Psychological Reversal ini diantaranya:
· Saya tidak bisa mencapai impian saya
· Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri
· Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang
· Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menghantui hidup saya
· Saya marah dan kecewa pada istri/suami saya karena dia tidak seperti yang saya harapkan
· Saya kesal dengan anak-anak, karena mereka susah diatur
· Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan rokok
· Saya tidak termotivasi untuk belajar, saya pemalas
· Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini
· Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya.
· Saya… Saya… Saya…
Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka berdo’a dengan khusyu’, ikhlas dan pasrah: “Yaa Allah… meskipun saya _______ (keluhan anda), saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu sepenuhnya”
Inilah obatnya: kata-kata di atas disebut The Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psychological reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the set-up words adalah “doa kepasrahan” kita pada Allah swt. Bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang kita alami saat ini, kita ikhlas menerimanya dan kita pasrahkan kesembuhan nya pada Allah swt.
“The Set-Up” sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita , tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik nyeri = daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian “Karate Chop”. (lihat gb. 1 dan gb.2 di halaman 36)
Setelah menekan titik nyeri atau mengetuk karate chop sambil mengucapkan kalimat Set-Up seperti di atas, kita melanjutkan dengan langkah kedua, “the Tune-In”.
2. The Tune-In
Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan sambil terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, “saya ikhlas, saya pasrah… yaa Allah..”
Untuk masalah emosi, kita melakukan “Tune-In” dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb.) hati dan mulut kita mengatakan, Yaa Allah.. saya ikhlas…. Saya pasrah…
Bersamaan dengan Tune-In ini kita melakukan langkah ke 3 (Tapping). Pada proses inilah (Tune-In yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik.
3. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali.
Berikut adalah titik-titik tersebut:
Cr = Crown,Pada titik dibagian atas kepala
EB = Eye Brow,Pada titik permulaan alis mata
SE = Side of the Eye Di atas tulang disamping mata
UE = Under the Eye 2 cm dibawah kelopak mata
UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung
Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir
CB = Collar Bone,Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama
UA = Under the Arm,Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita)
BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara
IH = Inside of Hand,Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
OH = Outside of Hand,Di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
Th = Thumb, Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku
IF = Index Finger,Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari)
MF = Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
RF = Ring Finger,Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
BF = Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
KC = Karate Chop,Di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate
GS = Gamut Spot,Di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking
ini gambar bagan yang saya temukan.........

 





atau ini.......

keyword: terapi,theraphy,terapi alternatif, S-EFT, eft, pengobatan murah, keluarga. tehnik seft.

Thursday, June 16, 2011



 << BACK      |      NEXT>>


                              NGANTUK LUCU


kuburan unik

 << BACK      |      NEXT>>


berikut kuburan terunik yang di dapet admin.........
kira kira kalo kuburanya kayak begini yang dikubur merasakan apa ya............
baca berikut........



wau seksi bagt yang tidur di atas kuburan ini..............

ni kuburan klub motor besar kali hahaha......



pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam membina dan mengembangkan profesionalisme guru


Penulis : -
Kode     : 041
Judul     : pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam membina dan mengembangkan profesionalisme guru di smp negeri 13 malang.
 -------------------------------------------------


 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan manusia, dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian dari nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan pengetahuan keterampilan dan sikap anak didik secara optimal.
            Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk tercapainya tujuan pendidikan. Penangggung jawab dalam proses belajar mengajar adalah guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Sebagai guru yang profesional mereka harus memiliki keahlian khusus dan dapat menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan, oleh karena itu harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dengan memperbaiki kualitas mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru diharapkan mampu berperan aktif sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan organisasi kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola belajar mengajar.
            Menurut Rochman Natawidjaya yang dikutip oleh Cece Wijaya, untuk melaksanakan tugas profesionalnya, guru itu perlu memahami dan menghayati wujud siswa sebagai manusia yang akan dibimbingnya. Disisi lain guru harus pula memahami dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia.1

            Pada saat ini terdapat perkembangan baru dalam sistem pengajaran dan pendidikan. Ada kecenderungan yang kuat bahwa untuk meningkatkan kualitas layanan dalam kualifikasi profesional guru yang perlu dibina dan ditata kembali kemampuannya sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk mengarahkan program guru.
            Hal ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya pengawas berkewajiban membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan tugas dengan baik sebagai pendidik maupun pengajar.
            Dalam peraturan pemerintah nomor 38 tahun 1992 telah terlihat arah profesionalisasi, meskipun belum tegas dalam pasal 20 Ayat (3) menyatakan bahwa untuk menjadi pengawas perlu adanya pendidikan khusus.2 Ini sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun isi pendidikan khusus yang dimaksud belum pasti menunjukkan dipenuhinya persyaratan kualitas profesional.
            Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu ia harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat.
            Tugas seorang supervisor adalah membantu, mendorong dan memberikan keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar mengajar dapat dan harus diperbaiki pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan guru harus dibantu secara profesional sehingga guru tersebut dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

contoh skripsi manajemen personalia

Penulis : -
Kode     : 040
Judul     : MANAJEMEN PERSONALIA (Studi Kasus Peningkatan Kualitas Personalia di MAN Tlogo Blitar)
 -------------------------------------------------
 
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sekolah atau madrasah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi dan efektivitas di dalam penyelenggaraan pendidikan kepada warga masyarakat terutama bagi peserta didik. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal mengikuti haluan yang pasti dan diperlukan di masyarakat bersangkutan. Haluan tersebut tercermin didalam falsafah dan tujuan, pengajaran, kurikulum, pengadministrasian serta pengelolaan.[1]
Dalam rangka pencapaian standar sekolah yang berkualitas dan bermutu sesuai dengan tujuan pendidikan dalam sekolah tersebut maka diperlukan adanya dukungan terhadap seluruh komponen pendidikan yang terpusat dalam suatu sistem yang saling menunjang dalam mencapai keberhasilan pendidikan, seperti yang telah disampaikan oleh Suratman bahwa filsafat, dasar, tujuan, sarana dan prasarana, metode dan kurikulum pendidikan, anak didik dan lingkungan                                                                                                                                                                              seluruhnya berada dalam satu kaitan yang tidak terpisahkan dan saling menunjang satu sama lain untuk keberhasilan pendidikan.[2]
Manajemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Manajemen sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran.
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujutkan secara optimal, efektif, dan efisien. Penerapan manajemen sekolah secara menyeluruh memerlukan perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang menyangkut keuangan, ketenagaan, kelas, kurikulum, sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat dan lain-lain.
Keberhasilan suatu pendidikan tidak hanya dilihat dari manajemen kelas, kurikulum, murid dan sebagainya, tetapi juga manajemen personalia ikut berperan dalam keberhasilan suatu pendidikan. Maka diperlukan manajemen personalia. Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegitan, pengadaan, pengembangan dan pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu dan organisasi dalam masyarakat.[3]
Pada prinsipnya yang dimaksud personalia disini ialah orang-orang yang melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai tujuan dalam hal ini di sekolah dibatasi dengan sebutan pegawai. Oleh karena itu personil di sekolah tentu saja meliputi unsur guru yang disebut tenaga edukatif  dan unsur karyawan yang disebut tenaga administratife. Secara terperinci dapat disebutkan keseluruhan personil sekolah adalah, kepala sekolah, guru, pegawai administrasi (TU) dan pesuruh penjaga sekolah.
Di dalam berlangsungnya kegiatan sekolah maka unsur manusia merupakan unsur penting, karena kelancaran jalannya pelaksanaan program sekolah sangat ditentukan oleh manusia-manusia yang menjalankannya. Dan juga bagaimanapun lengkap dan baik fasilitas yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulitlah untuk mencari tujuan pendidikan yang diharapkan.[4]
Kepala sekolah wajib mendayagunakan seluruh personil secara efektif dan efisien agar tujuan penyelenggarakan pendidikan di sekolah tersebut tercapai secara optimal. Pendayagunaan ini ditempuh dengan jalan memberikan tugas-tugas jabatan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing individu. Oleh karena itu adanya “jeb diskription” yang jelas sangat diperlukan.[5]

Contoh Skripsi Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam


Penulis : -
Kode     : 039
Judul     : Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam di MTs NU (Nahdlatul Ulama) Mojosari Loceret Nganjuk
 -------------------------------------------------

 BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai tempat proses belajar-mengajar yang mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Konsep dasar dan pelaksanaannya akan ikut menentukan jalannya pendidikan di tengah kehidupan manusia. Namun demikian, pada tingkat pelaksanaannya pendidikan mulai menghadapi perubahan sosial. Karena dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan diperlukan struktur organisasi yang baik, termasuk dengan kepemimpinan kepala madrasah salah satu faktor yang paling penting.
Pendidikan yang dalam pelaksanaannya melahirkan suatu konsep pemindahan pengalaman kepada anak didik, kegiatan pemindahan pengalaman serta mengembangkannya itu kemudian menempati tempat khusus dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan fungsi dan tanggung jawab tersebut diatas, maka sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Berdasarkan hal tersebut diatas berarti kurikulum sekolah diharapkan mampu mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional, tidak akan sampai kearah itu tanpa didukung oleh kepemimpinan kepala madrasah dalam pengembangan lembaga pendidikan islam yang berkualitas dan efektif. Kepemimpinan yang efektif merupakan realisasi perpaduan bakat dan pengalaman kepemimpinan dalam situasi yang berubah-ubah karena berlangsung melalui interaksi antar sesama manusia. Maka begitu pentingnya kepemimpinan itu dalam kehidupan manusia, Rosulullah SAW bersabda:

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Melakukan Inovasi Manajemen Pendidikan


Penulis : -
Kode     : 038
Judul     : Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Melakukan Inovasi Manajemen Pendidikan Strategi -------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada saat ini sangat diperhatikan dan digalakkan oleh pemerintah, karena pendidikan merupakan suatu alat atau sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum sehingga pemerintah menegaskan dalam suatu peraturan perundang-undangan tentang berhaknya rakyat mendapat pengajaran dan penyelengaraan pendidikan sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang tertuang dalam Bab XIII  ayat 1 dan 2 bahwa:
  1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran
  2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur oleh undang-undang (UUD 1945).
Didalam menyelenggarakan pendidikan, pemerintah juga menyediakan fasilitas yang cukup memadai yaitu pengadaan kesempatan belajar yang hal ini secara berangsur-angsur diharapkan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan landasan pancasila yang bertujuan sebagai berikut:
                  “Membentuk manusia yang berpancasila, dan membentuk manusia Indonesia yang  sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sifat berdemokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesamanya, sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945 (Umar H. Malik, 2002:9).”

Jadi usaha peningkatan pendidikan itu bila hanya dititikberatkan pada kuantitas saja sedangkan kualitasnya tidak diperhatikan maka hasil dari pendidikan itu sendiri kurang berfaedah.

Wednesday, June 15, 2011

Strategi Pengembangan Pendidikan Kedisiplinan


Penulis : -
Kode     : 037
Judul     : STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEDISIPLINAN DI MTs NEGERI KANDAT KEDIRI
-------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakekat dan ciri-ciri kemanusiaannya.[1] Jadi pendidikan sangatlah kuat kedudukannya didalam pengaruh pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia. Manusia akan dapat menyesuaikan terhadap lingkungannya bila manusia tersebut memiliki pondasi keilmuan dan wawasan yang cukup. Tanpa adanya pondasi keilmuan dan wawasan yang cukup maka yang terjadi adalah sebuah penindasan dan pergeseran zaman oleh orang-orang yang bodoh. Dalam menjalankan kehidupannya manusia minimal harus menguasai tentang bakat dan minat yang dimilikinya, sehingga dengan demikian manusia akan mampu memilih jenis tugas yang harus ia emban dengan baik. Kehidupan manusia akan lebih berarti bila dalam perjalanan hidupnya selalu diisi dengan sebuah keberanian dan rasa optimisme yang positif untuk selalu giat menyelesaikan setiap tugas yang ia emban. Oleh karena itu sangatlah jelas bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap sendi kehidupan.
Dengan demikian, pendidikan yang dijadikan salah satu alat untuk membentuk pribadi manusia sangatlah perlu dimasuki tentang pengetahuan kedisiplinan, karena kedisiplinan sangatlah perlu ditanamkan disetiap pribadi manusia. Manusia akan selalu bisa mengendalikan dan mengontrol apa yang akan dilaksanakannya hanya dengan melalui kehidupan yang teratur dan disiplin. Pentingnya pendidikan kedisiplinan, itu disebabkan karena manusia tanpa hidup dengan teratur dan disiplin maka hidupnya akan merugi. Seperti yang dijelaskan didalam Al-Qur’an pada surat Al-‘Ashr yang isi pokoknya  yaitu “Bahwa semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik”. Kandungan surat tersebut telah jelas menerangkan bahwa setiap waktu harus dimanfaatkan dengan baik dan diisi dengan pekerjaan yang baik pula. Kita semua telah mengerti dan mengetahui bahwa sesuatu kebaikan yang datangnya terlambat akan sia-sia adanya, contohnya pekerjaan yang sangat mulia yaitu sholat fardlu lima waktu, sholat fardlu lima waktu yang dikerjakan terlambat dari waktu yang telah ditentukan maka akan sia-sia. Oleh karena itu kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi dan menghargai waktu.

Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar


Penulis : -
Kode     : 036
Judul     : Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Menengah Atas Islam Al-Ma’arif Singosari Malang
-------------------------------------------------
 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Pendidikan dewasa ini merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang, apabila pada masa lalu pendidikan yang klasik terkutat pada analisis masalah siswa atau peserta didik dalam lingkungan, dan lingkungan dalam proses belajar mengajar. Pada tahun ini, pendidikan telah bertambah dengan dimensi baru, seperti ekonomi, tenaga kerja, perencanaan pembangunan, globalisasi dan pendidikan.
  Pada dasarnya, Pendidikan itu untuk melahirkan suatu konsep pemindahan pengalaman kepada siswa, kegiatan pemindahan pengalaman serta mengembangkannya itu kemudian menempati tempat khusus dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan fungsi dan tanggung jawab tersebut diatas, maka sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Berdasarkan hal tersebut diatas berarti kurikulum sekolah diharapkan mampu mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional, tidak akan sampai kearah itu tanpa didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah serta upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan mengembangan lembaga pendidikan Islam yang berkualitas dan efektif.
Keefektifan tersebut juga tidak lain adanya upaya Kepala sekolah agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan efektif. Untuk mencapai hal tersebut, maka sekolah harus mempunyai kepala sekolah yang berkualitas dan dinamis. Kepala sekolah yang dinamis harus mempunyai kriteria-kriteria dan syarat-syarat sebagai berikut: kepala sekolah harus memiliki pendidikan yang memadai, apabila kepala sekolah TK dan SD minimal harus mempunyai ijazah sarjana muda BI, sedangkan untuk kepala sekolah SMP/SMA/Sederajat harus mempunyai ijazah yang diperlukan sesuai sekolah yang akan dipimpinnya. Apabila sesuai dengan latar belakngnya, maka dalam meningkatkan mutu pendidikan nantinya tidak terlalu kesulitan.
Mutu merupakan suatu gagasan yang dinamis dan tidak mutlak. Dalam pandangan umum, mutu merupakan suatu konsep yang mutlak. Dalam konteks manajemen mutu terpadu atau total quality management, mutu bukan hanya suatu gagasan, melainkan suatu filosofis dan metodologi dalam membantu lembaga untuk mengelola perubahan secara totalitas dan sistematik melalui perubahan nilai, visi-misi, dan tujuan[1].
Mutu pendidikan dengan definisi yang relatif mempunyai dua aspek, yaitu pengukuran kemampuan lulusan sesuai dengan tujuan sekolah yang ditetapkan oleh kurikulum, pengukuran terhadap pemenuhan kebutuhan dan tuntunan pelanggan yaitu orang tua siswa dan masyarakat. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan paling tidak sejak awal periode pembangunan nasional jangka panjang pertama, maka mutu pendidikan artinya kemampuan lembaga pendidikan dalam memperdayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin[2]. Peningkatan mutu pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan hasil belajar siswa bahkan dapat dikatakan mutu pendidikan tercermin pada hasil belajar siswa. Aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa adalah situasi belajar mengajar. Situasi belajar mengajar yang efektif akan dapat menghasilkan peningkatan mutu pendidikan.
Banyak sekali cara untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya adalah meningkatkan mutu profesionalitas guru, meningkatkan mutu sekolah, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, dan lain-lain. Disini penulis akan membahas peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar mengajar itu merupakan salah satu unsur terpenting untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas.
Pendidikan tidak lain adalah untuk melahirkan suatu konsep pemindahan kepada siswa, yaitu dengan adanya proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Seorang guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.[3]

Tuesday, June 14, 2011

isu pendidikan2



 << BACK      |      NEXT>>

Pentingnya pendidikan untuk memperbaiki kepribadian bangsa,............dengan adanya pendidikan harusnya  manusia lebih beradab dibandingkan binatang dan sejenisnya......

namun ternyata tak semua manusia bisa beradab sesuai dengan yang di citakan pendidikan.....hadehhh

beberapa menit yang lalu saya menemukan sebuah gambar yang agak menyeramkan.... ini adalah olah kerja manusia....... mohon jangan ditiru dan ini dijadikan pelajaran agar kita lebih baik.....
gudang mayat yang diperjual belikan......... seremmm...... tega ya........



 mungkin anda setelah melihat ini berpikir kok bisa ya orang setega ini......
tapi inilah manusia, seharusnya pendidikan bisa memanusiakan manusia dan tak setega ini .........
nyambung gak nyambung baca aja...

diambil dari

 www.kaskus.us/showthread.php?t=6427935

thanks.......

Saturday, June 11, 2011

peran kegiatan ekstra kurikuler


Penulis : -
Kode     : 035
Judul     : PERAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER “SEKSI KEROHANIAN ISLAM” DALAM PEMBINAAN MENTAL SISWA  SMUN I TRENGGALEK
-------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Siswa adalah suatu komponen input dalam proses pendidikan. Berhasil dan tidak berhasil dalam proses pendidikan banyak tergantung pada bagaimana keadaan, kemampuan, tingkat perkembangan dari siswa itu sendiri. Bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diresapi atau sama sekali tidak dihayati bergantung pada apakah siswa memberi sambutan atau menolaknya. Selain dari itu, hasil pendidikan atau proses kemajuan siswa sudah tentu tidak sama untuk setiap orang, oleh kerena itu antar siswa yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan secara inividual, baik perbedaan fisik, psikologis, maupun perbedaan kondisi social budaya dimana mereka hidup. Berdasarkan uraian tersebut, maka logis dan wajar apabila dalam rangka penyusunaan kurikulum, faktor siswa harus mendapat  perhatian secara seksama.
Dari uraian diatas, kita akan membahas secara singkat tentang: siswa adalah anggota masyarakat, siswa berada dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan, minat, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa, perbedaan-perbedaan indivual diatara siswa. Dalam pokok-pokok tersebut kemudian kita tinjauan implikasinya dalam penyusunan kurikulum. 
Para siswa Sekolah Menengah sedang berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja” atau pubertas. Mereka berada dalam masa di mana terjadi perubahan-perubahan psikologis. Dalam masa perubahan itu, siswa umumnya mengalami berbagai kesulitan dan masalah di dalam melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya.
              Seorang siswa yang telah terbina mentalnya akan terwujud pada satu perilaku yang baik yang sesuai dengan norma Islam. Karena salah satu pengenalan Agama untuk nantinya dapat diaplikasikan dan diinternalisasikan terhadap perilaku yang baik.
Ada suatu fenomena di masyarkat sekarang ini tentang bagaiman pemandangan tentang generasi penerus yang mulai tidak menghargai agama mereka, dimana kenyataan modernisasi telah merabah hampir semua nilai-nilai agama yang seharusnya telah tercermin dalam perilaku yang baik. Misalnya: narkoba, tawuran antar sekolah, pemerkosaan, pencurian, pembunuhan dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya yang sangat merugikan semua orang. Gambaran umum seperti itu sedikit-demi sedikit akan mempengaruhi para remaja yang sedang berkembang, karena gambaran itu terkait dengan lingkungan remaja yang menjadi tantangan bagi Pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam bagi Sekolah Menengah Umum. Berangkat dari fenomena tersebut sudah sewajarnya disetiap sekolah dalam menyampaikan meteri tidak terlepas dari tiga kegiatan kurikulum diantaranya adalah intra kurikuler, kokurikuler dan ektra kurukuler yang bertujuan agar remaja sebagai siswa mampu mendalmi dan menghayati serta mampu mengamalkan tentang apa yang telah dipelajari khususnya Pendidikan Agama Islam, yang diharapkan adanya peningktan keimanan dan ketaqwaan kapada Alloh SWT. Kegiatan ekstra kurikuler Seksi Kerohanian Islam seperti darul arqom, kuliah tuju menit (kultum), sholat berjamaah serta peringatan-peringatan hari-hari besar Islam mampu memberikan wawasan yang lebih luas terhadap siswa sebagai peserta didik guna menjadi wahana yang efektif untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas khususnya dalam dimensi religi.

Aplikasi Metode Jigsaw Guna Meningkatkan Motivasi

Penulis : -
Kode     : 034
Judul     : Aplikasi Metode Jigsaw Guna Meningkatkan Motivasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smpn 4 Batu
-------------------------------------------------





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu metode mengajar memiliki andil yang sangat besar dalam kegiatan belajar mengajar.1
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, sebagaimana yang telah peneliti alami ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Batu, ternyata sebagian besar peserta didik membuat kegaduhan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar, begitu juga wajah mereka menunjukkan kelesuan dan yang lebih penting lagi, motivasi peserta didik terhadap pembelajaran materi pendidikan Agama Islam sangat kurang, sehingga peserta didik tidak menguasai materi yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara tepat.
Melihat kondisi tersebut peneliti sangat prihatin, sehingga peneliti berusaha mencari solusi agar tujuan pengajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal ini guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dan menyenangkan bagi kegiatan belajar peserta didik dikelas, agar mereka memiliki dorongan (motivasi) dalam belajar materi pendidikan agama Islam.
Salah satu kegiatan atau cara yang harus peneliti lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Boleh jadi dari sekian keadaan salah satu penyebabnya adalah faktor metode. Karena penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.2
Sebagaimana pendapat dari Roestiyah (1989:1) yaitu guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah seorang guru harus menguasai tehnik-tehnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dari sini dapat dipahami bahwa metode yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
 Adapun motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.3

upaya guru agama dalam menanggulangi kenakalan remaja/siswa

Penulis : -
Kode     : 033
Judul     : upaya guru agama dalam menanggulangi kenakalan remaja/siswa
-------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
                   Berbicara mengenai remaja yang terutama berkaitan dengan masalah kenakalan adalah merupakan masalah yang dirasakan sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena seseorang yang namanya remaja yang merupakan bagian dari generasi muda adalah aset Nasional dan merupakan tumpuhan harapan bagi masa depan bangsa dan Negara serta agama. Untuk mewujudkan semuanya dan demi kejayaan bangsa dan Negara serta agama kita ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua baik orang tua, pendidik (guru) dan pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan atau berpengetahuan yang luas dengan jalan membimbing dan menjadikan mereka semua sehingga menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral. Dengan proses penbimbingan dan mengarahkan generasi muda yang tangguh dan memiliki wawasan atau pengetahuan yang luas saja tidaklah cukup rasanya, akan tetapi semuanya haruslah di lengkapi dengan adanya penanaman jiwa keberagamaan yang tinggi. Dan berkaitan dengan hal ini maka Winarno Surakhmad mengatakan:
“Adalah suatu fakta di dalam sejarah pembangunan umat yang akan memelihara keberlangsungan hidupnya untuk senantiasa menyerahkan dan mempercayakan hidupnya di dalam tangan generasi yang lebih muda. Generasi muda itulah yang kemudian memikul tanggung jawab untuk tidak saja memelihara kelangsungan hidup umatnya tetapi juga meningkatkan harkat hidup tersebut. Apabila generasi muda yang seharusnya menerima tugas penulisan sejarah bangsanya tidak memiliki kesiapan dan kemampuan yang diperlukan oleh kehidupan bangsa itu, niscaya berlangsung kearah kegersangan menuju kepada kekerdilan dan akhirnya sampai pada kehancuran. Karna itu, kedudukan angkatan muda dalam suatu masyarakat adalah vital bagi masyarakat itu.1) 

Kalau kita lihat pendapat di atas mengandung arti bahwa tanggung jawab dari generasi muda (remaja) di masa yang akan datang sangatlah berat, yaitu mempertahankan kelangsungan hidup dan meningkatkan harkat hidup umat manusia. Untuk itu adanya upaya-upaya pendidikan dan pembinaan moral (akhlak) terhadap remaja sebagai generasi penerus suatu bangsa sangatlah wajar dan mutlak diperlukan dengan kepribadian yang memiliki budi pekerti dan akhlak yang mulia sebagai bekal hidup dimasa yang akan datang. Yang sudah pasti tantangan dan hambatan untuk membangun sebuah kemajuan atau peradapan baru lebih besar dari saat ini. Sebab apabila dari pribadi generasi muda telah memiliki budi pekerti dan akhlak yang mulia, maka keberlangsumgan hidup  suatu bangsa akan dapat di pertahankan. Namun sebaliknya, apabila para remaja memiliki akhlak yang rendah atau rusak, maka akan terjadilah kerusakan terhadap keberlangsungan hidup bangsa itu.

Efektifitas penggunaan metode jigsaw learning


Penulis : -
Kode     : 032
Judul     : Efektifitas penggunaan metode jigsaw learning dalam pembelajaran pendidikan agama islam (pai)” (studi sampel di smpn 13 malang).
-------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Guru merupakan personel yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan  sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti berkembangan  konsep-konsep baru dalam dunia pengajaran. Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas paedagogis dan tugas administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin. Moh. Rifai mengatakan bahwa:
Di dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinannya yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan tidak berdiri di bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas [1]

            Disinilah guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat besar, disamping sebagai fasilitator dalam pembelajaran siswa, juga sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi manusia yang mempunyai pengetahuan luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur dan kepribadian baik dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa.
            Oleh karena itu, guru harus mengetahui  bagaimana situasi  dan kondisi ajaran itu disampaikan kepada peserta didik, saran apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan belajar, bagaimana cara atau pendekatan yang digunakan dalam penbelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran, hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa jauh tingkat efektifitas, efisiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik bagi peserta didik.
            Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
            Belajar memang bukan konsekwensi otomatis dari penyampaian informasi pada anak didik, tapi belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan dari pelajar itu sendiri. Itulah keaktifan yang merupakan langkah-langkah belajar yang didesain agar siswa senang mendukung proses itu dan menarik minat untuk terlibat.
            Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri.
            Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan agama, yang salah satunya adalah “metode pembelajaran agama”. Apabila ditinjau dari karakteristik setiap individu dari anak didik pasti memiliki perbedaan dalam hal kemampuan siap, gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan kepercayaan, perkembangan kognitif, social budaya dan sebagainya. Untuk itu guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat, merasa senang selama proses pembelajaran.

Analisis komparatif, teori belajar dalam perspektif barat dan islam


Penulis : -
Kode     : 031
Judul     : Analisis komparatif antara teori belajar dalam perspektif barat dan islam
-------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara rasional semua ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui belajar.  Maka, belajar adalah ”key term” (istilah kunci) yang paling vital dalam usaha pendidikan. Sehingga, tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.[1] Mengingat kecerdasan, kepintaran, dan tujuan pendidikan dapat dicapai tergantung pada sejauh mana proses pembelajaran itu dilakukan. Maka, belajar menjadi penting ketika seseorang ingin mencapai puncak keberhasilan dalam hidupnya. Dengan belajar, ia juga mampu mempertahankan kehidupan sekelompok manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju. Dengan demikian, belajar adalah sebuah keniscayaan untuk memperoleh pengetahuan konseptual-teoritis, mendapatkan keterampilan praktis-aplikatif dan berbudi pekerti luhur.
Belajar merupakan kebutuhan dan berperan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan manusia terlahir tidak mengetahui apa-apa, ia hanya dibekali potensi jasmaniah dan rohaniah (QS. An-Nahl:78). Maka sangat beralasan jika mengapa dan bagaimana manusia itu dipengaruhi oleh bagaimana ia belajar.[2]
1
 
            Oleh karena itu, belajar ini dilakukan oleh manusia berlangsung terus-menerus, sepanjang hayat (life long education), di sekolah maupun di luar sekolah, dibimbing atau tidak. Premis ini diperkuat oleh kenyataan bahwa manusia walaupun mempunyai kelemahan, tetapi di sisi lain ia adalah makhluk yang dinamis bukan makhluk yang statis.[3] Dengan kedinamisannya, ia mampu menciptakan kemajuan dengan berbagai teknologi yang canggih guna mempermudah kehidupannya.
            Maka dapat dikatakan bahwa kualitas hasil proses perkembangan manusia itu banyak berpulang pada apa dan bagaimana ia belajar. Karena dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.[4] Selanjutnya tinggi rendahnya kualitas perkembangan manusia akan menentukan masa depan peradaban manusia itu sendiri.[5] Jika kemampuan belajar umat manusia hilang, maka tidak akan ada peradaban yang bisa diwariskan kepada anak cucu.
Menurut Berkson dan Wettersten, hal ideal yang seharusnya terjadi dalam sebuah proses belajar adalah tidak hanya berupa pemindahan (transfer), tetapi juga transformasi/ pengubahan (transformation); baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun nilai. Oleh karena itu, belajar harus menyentuh tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.[6] Dengan tiga ranah tersebut, harapannya belajar tidak hanya sebagai pemenuhan kepuasan intelektual belaka, melainkan juga mampu memberikan perubahan tingkah laku pada individu.

1

2










                 KLIK

translet


Tags

tempat sharing

Blog Archive

Blog Archive