SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Friday, June 3, 2011

khutbah jumat

Ust. Ahmad Daeroby, M.Ag
Sebagaimana di ketahui, bahwa tujuan hidup ibadah shaum adalah unutk mewujudkan sifat taqwa, yaitu ketaqwa yang sempurna, yang prima dan pripurna. Al-Ustadz Muhammad Abduh mengatakan bahwa Allah SWT dalam Al-Qur’an seringkali memesan dan memrintah agar manusia bertaqwa. Akan tetapi seringkali kita melihat manusia berpaling dari ketaqwaan yang di perintahkan itu. Mereka tidak merasakan manfaat dari taqwa itu, baik untuk dirinya maupun orang lain. Oleh karenanya, menurut Muhammad Abduh, tidak ada jalan lain supaya manusia bertaqwa adalah dengan cara memahami makna dan hakikat taqwa itu sendiri. Maksudnya jangan sampai terjadi pengertian slogan saja, atau di jadikan permainan bahasa dan bersifat lidah.

Dalam tafsir Ibnu Kastir 1 : 41, diriwayatkan, bahwa Umar Bin Khattab pernah bertanya kepada Ubay Bin Ka’ab tentang taqwa. Ubay balik bertanya kepadanya, pernahkah Engakau lewat di suatu jalan yang banyak duri dan benda-benda membahayakan? Jawab Umar: Ya, tentu pernah. kemudian Ubay meneruskan pertanyaannya. bagaimana yang Engkau lakukan ketika lewat di jalan itu? Umar menjawab, Saya berhati-hati dan bersunggh-sungguh menghadapai bahaya itu!, Ubay berkata: Itulah gambaran taqwa.
Memang kata taqwa itu mudah untuk di ucapkan, tetapi sulit untuk merealisasikan, jika tidak benar-benar paham. Dan orangpun sangat sulit untuk memahami kaitan ibadah shaum dengan ketaqwaan.
Makna taqwa berbeda-beda, sesuai dengan maudu’ atau tema yang menjadi pembahasan. Suatu saat taqwa memiliki arti “takut”, “disiplin”, “hati-hati”, dalam bertindak dan berucap dan dapat pula diartikan suatu aktifitas dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangannnya.
Taqwa adalah membuat penjagaan diri dari sesuatu yang membahayakan dunia dan akhiratnya, atau memposisikan dalam penjagaan Allah, Orang yang demikia di sebut, yaitu orang yang bertaqwa.
Taqwa terbagi kepada dua bagian, Taqwa secara khusus (menjaga diri dari adzab yang akan menimpa dari Allah) dan taqwa secara umum (menjaga diri, keluarga, masyrakat, bangsa, negara dan harta kekayaan dari segala marabahaya yang menimpa atau dari segala yang akan merubah tujuan dan maqashid yang baik yang suka menghalangi kebaikan).

Ulama menjelaskan bahwa kita harus bertaqwa dengan sebenarnya dalam melaksanakan ibadah, artinya harus benar niatnya, jangan riya, tetapi harus ikhlas, jangan bid’ah tetapi harus nyunnah, harus taqwa dalam perbuatan maksiat, artinya tinggalkan perbuatan yang berbaur maksiat dan berhati-hatilah. Bertaqwa dalam akidah artinya menjaga diri dari perbuatan syirik, hanya Allah yang di ibadahi , bertaqwa dalam pergulan, artinya bergaul dengan memakai etika islam dan menjauhi etika yang non islami, bertqwa dalam keidupan sehari-hari, artinya menjauhi segala perbuatan yang sekiranya akan mendorong menjauhkan diri dari peraturan Allah, walaupun sepintas peraturan itu di halalkan oleh agama. Termasuk bertaqwa segala perbuatan yang sifatnya tidak mengikuti hawa nafsu. Bertaqwa ketika menjadi pejabat, artinya tidak korupsi dan manipulasi. Bertaqwa menegakkan hukum, artinya tidak menerima suap sogokan. Bertaqwa dalam bidang keulamaan, artinya mewujudkan dirinya menjadi ulamaa-dunya atau ulamaa as-suu, tetapi betul-betul menjadi akhirat.
Dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh imam At-Tirudziy, Ibnu Majah dan Al-Hakim yang di terima dari Atiyyah As-Sa’idi: “Seorang hamba tidak akan mencapai derajat muttaqin, sehingga ia sanggup meninggalkan sesuatu yang tidak berbahaya karena Dia khawatir akan membahayakan (akibatnya).
Dalam hadits ini di katakan bahwa untuk menjadi orang yang bertaqwa itu perlu ta’wid, yaitu pembiasaan dan latihan meninggalkan sesuatu yang walaupun halal secara hukum, tetapi berakibat jelek pada akhirnya. Dan mengakibatkan kerugian dunia dan akhiratnya, mesti ia rela meninggalkannya, dan tentu ukurannya subyektif. Gula pasir itu enak dan manis rasanya, tetapi yang memiliki penyakit gula akan membahayakan bagi dirinya. Tinggalkan gula itu, itulah taqwa bagi Dia. Apapun hobi atau kesenangan yang di lakukan orang yang mengakibatkan kerugian waktu, mengabaikan kepada ibadah, walaupun halal tetapi berpeluang kepada arah itu, adalah tidak baik, dan bukan perbuatan taqwa. Inilah sesungguhnya perlu menjadi perhatian.
Jika orang bertaqwa dalam segala hal, maka ia di jamin mendapat keberuntungan di sisi Allah SWT, antara lain:
1. Mendapt pujian dari Allah. (Q.s Ali Imran: 186)
2. Mendapat penjagaan dari Allah dalam menghadapi musuh. (Q.s Ali Imran: 120)
3. Allah akan menyertainya dengan pertolongan-Nya. (Q.s Al-Baqarah: 196)
4. Di beri jalan keluar dari kesulitan dan di mudahka rezekinya. (Q.s Ath-Thalaq: 3)
5. Di shalehkan amal perbuatannya. (Q.s Al-Ahzab:71)
6. Akan mendapatkan ampunan dosa. (Q.s Al-Ahzab: 71)
7. Kasih sayang Allah akan di curahkan bagi yang bertaqwa. (Q.s At-Taubah: 7)

http://basyirj.wordpress.com/2008

No comments:

Post a Comment

1

2










                 KLIK

translet


Tags

tempat sharing

Blog Archive

Blog Archive