kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Meskipun dampak negative dari penggunaan pestisida sintesis banyak
ditimbulkan, namun petani masih sangat membutuhkan. Perlu diketahui bahwa
kehilangan akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat mencapai 40-
50%, bahkan dapat mengagalkan panen. Penggunaan pestisida sintesis
meninggalkan dampak yang sangat dilematis, karena pestisida sintesis ini akan
meninggalkan residu. Dimana residu ini akan berdampak pada lingkungan dan
kesehatan, residu pestisida sintesis ini akan mencemari hasil pertanian dan
lingkungan hidup serta akan membahayakan kehidupan organisme yang bukan
sasaran dari pengendalian.
Contoh Skripsi
Efek samping yang ditimbulkan dari pestisida sintesis antara lain adalah
terjadinya resistensi hama, sehingga hama menjadi lebih banyak yang nantinya
akan berakibat kurang lakunya komoditas pertanian di pasaran. Menurut WHO
(World Health Organization) paling tidak 20.000 orang per tahun meninggal
akibat keracunan pestisida, dan sekitar 5.000-10.000 orang per tahun memngalami
dampak dari penggunaan pestisida sintesis seperti kanker, cacat tubuh,
kemandulan dan penyakit liver. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain, yaitu
penggunaan pestisida ramah lingkungan agar aman bagi manusia dan lingkungan,
salah satunya dengan mengunakan pestisida nabati yang berbahan dasar dari
tumbuhan.Contoh Skripsi
Penggunaan pestisida nabati sebenarnya sudah dilakukan sejak lama oleh
petani, jauh sebelum penggunaan pestisida kimia pada tahun 1980-an ke
Indonesia. Penggunaan pestisida nabati bukan hanya dilakukan untuk
pengendalian hama secara terpadu tanaman perkebunan, melainkan pula untuk
tanaman pangan dan holtikultura. Di Indonesia penggunaan pestisida nabati
mempunyai prospek yang baik, selain itu mendukung pembangunan yang
berwawasan lingkungan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
yang diarahkan pada sistem pengendalian hama terpadu (PHT).Contoh Skripsi
Dasar dari penggunaan produk tumbuhan untuk pengendalian populasi
serangga adalah Teori Ko-evolusi. Teori ini menjelaskan, bahwa dalam perjalanan
waktu yang lama interaksi antara serangga dengan tumbuhan menyebabkan
adanya usaha tumbuhan umtuk mempertahankan diri. Menurut Price (1984),
menyatakan bahwa tumbuhan mampu memproduksi metabolit sekunder untuk
melawan serangga.Contoh Skripsi
Tanaman sebagai sumber bio-insektisida sangat banyak dengan berbagai
macam kandungan kimia seperti asam amino, alkaloid, glykosida dan senyawa
lain yang bersifat racun atau toksik. Buah lerak termasuk bio-insektisida karena
mengandung saponin, dalam buah lerak diduga mengandung hormon steroid yang
berpengaruh dalam pertumbuhan larva nyamuk. Larva mati dalam perlakuan
ekstrak buah lerak memperlihatkan kerusakan pada dinding traktus digestivus. Hal
ini sesui dengan pernyataan bahwa saponin dapat menurunkan tegangan
permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga didinding traktus
digestivus menjadi korosif.
Di Indonesia Spodoptera litura merupakan salah satu hama klasik yang
sering menyebabkan kegagalan panen pada tanaman bawang merah di dataran
rendah di Pulau Jawa dan pada keadaan tertentu juga pada bawang daun di dataran
tinggi. Karena kerusakan yang berat umumnya hanya terjadi pada tanaman
bawang.Contoh Skripsi
Sehingga dengan adanya masalah di atas peneliti tertarik mengadakan
penelititan dengan judul “Pengaruh Bio-insektisida Ekstrak Buah Lerak
(Sapindus rarak) Terhadap Mortalitas Larva Spodoptera litura Secara In
Vitro”.Contoh Skripsi
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :Contoh Skripsi
1.2.1 Adakah pengaruh bio-insektisida ekstrak buah lerak (Sapindus rarak)
terhadap mortalitas larva Spodoptera litura secara in vitro?
1.2.2 Berapakah konsentrasi efektif (0%, 30%, 35%, 40%, 45%) bio-insektisida
ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) terhadap mortalitas larva Spodoptera
litura secara in vitro?
No comments:
Post a Comment