SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Sunday, April 1, 2012

Problematika Manajemen Pendidikan | Contoh Skripsi

Penulis : -
Kode     :161
Judul     :  Problematika Manajemen Pendidikan Studi Kasus di MIN Karanganyar Paiton Probolinggo
 -------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberadaan madrasah di Indonesia merupakan fenomena budaya yang telah berusia satu abad lebih. Sebagai bagian dari budaya, Madrasah dengan sendirinya menjadi proses sosialisai yang relatif sangat cepat dan intensif.

Secara teknis Madrasah tidak berbeda dengan Sekolah, hanya dengan lingkup kultur Madrasah mempunyai spesialisasi. Di lembaga ini siswa memperoleh pembelajaran hal ikhwal atau seluk beluk Agama dan keagamaan, sehingga dalam penggunaan kata Madrasah sering dikonotasikan dengan sekolah Agama.

Madrasah dalam perjalanannya mengalami realitas yang cukup panjang. Transisi perubahan Madrasah disebabkan fenomena yang ada yaitu pendudukan colonial Belandayang mendiskriditkan Islam, yang kemudian menimbulkan dikotomi ilmu umum dan ilmu Agama.

Dalam pengembangan dan inovasi Madrasah, secara formal dirintis oleh Menteri Agama Prof. Dr. Mukti Ali 1971-1978 dengan terobosan SKB iga Menteri yang mewajibka kurikulum di Mdrasah Mata pelajaran umum 70% dan Agama 30%. Inovasi tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikan, iklim belajar mengajar yang tepat sebagaimana layaknya pendidikan modern.

Dalam implementasi inovasi di atas masih banyak kendala yang dihadapi, baik dari segi kelembagaan, tenaga guru , kurikulum, maupun sarana dan prasarana.



Dalam pada itu kehadiran Madrasah masih sangat dibutuhkan karena Madrasah mampu melahirkan peserta didik yang memiliki budipekerti luhur serta kesdaran beragama yang lebih tinggi. Keunggulan Madrasah tersebut dirasa sangan sesuai dan relevan untuk mengatisipasi sebagai akses dan pengaruh pendidikan modern seperti sikap sekuleristik, materialistic, dan cenderung mengabaikan persoalan moral.

Bagi remaja usia sekolah mengabaikan masalah moral dan spiritual megakibatkn banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan rti perkelahian antar pelajar, penggunaan obat terlarang yang sering terjadi akhir-akhir ini. Dengan keunggulan Madrasah tersebut, orang tua merasa tenang jika anaknya belajar di Madrasah.Contoh Skripsi

Dari fenomena di atas, yang terpenting adalah membentuk Madrasah yang berkualitas yang mampu bersaing dengan sekolah umum.

Adapun gagasan mengenai pembentukan Madrasah yang berkualitas memiliki landasan yang cukup kuat, diantaranya:

1.           Dengan keluarnya UU No 20/2003 tentang USPN yang menyatakan tidak ada pembedaan antara Madrasah dan sekolah

2.           UU No 20/2003 Pasal 8 ayat 2 yang menyebutkan bahwa warga Negara Indinesia yang memiliki kemampuan dan kecerdasan berhak

memperoleh perhatian khusus.

Meski demikian madrasah oleh sebagian masyarakat masih dipandang sebelah mata atau dianggap sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”,faktanya walaupun secara yuridis diakui dan sejajar denga formal lainnya, Madrasah hanya diminati oleh siswa-siswa yang kemampuan intelegensi dan tingkat ekonomiContoh Skripsi



orang tua yang pas-pasan, sehingga upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah selalu mengalami hambatan.

Di sisi lain, kebijakan yang dibuat pemerintah justru terasa mempersulit upaya-upaya pengembangan madrasah. Kualitas pendidikan relative kurang didukung disbanding dengan sekolah formal lainnya, karena kebanyakan bidang studi yang diajarkan sementara kualitas tenaga didik masih rendah, manajemen kurang professional, sarana dan prasarana pas-pasan, serta jumlah siswa yang sedikit dan kebanyakan berasal dari keluarga tidak mampu (Fajar: 1999: 18).

Kita menyadari dalam dinamika dan peradaban global saat ini, Madrasah menghadapi tantangan yang sangat berat, yakni masyarakat kita mulai terjebak oleh pandangan hidup yang positifisme dan kapitalisme, sehingga segala sesuatu yang dianggap tidak mempunyai keuntungan, manfaat dan peluang akan ditinggalkan. Bertolak dari pandangan di atas bahwa Madrasah dianggap marjinal oleh sebagian masyarakat memang cukup beralasan. Masyarakat berpersepsi bahwa Madrasah kurang professional, tidak berkualitas, NEM dibawah rata-rata, out put tidak mampu berkompetisi, serta lemah dalam sisi manjemen.

Menurut Mastuhu (1999: 59) ada lima kelemahan system pendidikan madrasah, yakni 1) mementingkan materi disbanding metodologi, 2) mementingkan memori di atas analisis dan dialog, 3) mementingkan otak’kiri’ dibandingkan otak ‘kanan’, 4) materi pelajaran agam a yang diberikan tidak tidak menyentuh aspek social karena bercorak tradisional, 5) mementingkan orientasi ‘memiliki’ daripada ‘menjadi’.Contoh Skripsi



Akibat mendirikan madrasah yang hanya mementingkang kuantitas bukan kualitas, dengan pengelolaan yang asal-asalan, Madrasah swasta khususnya, tidak mampu memberikan pembaharuan dan pencerahan bagi pendidikan Islam.

Daam hal ini factor kepemimpinan menjadi sorotan utama, ketidak mampuan pemimpim untuk menggerakkan, mempengaruhi dan mendorong serta memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada.kelemahan manajemen inilah yang menyebabkan Madrasah sulit berkembang.

Dalam teori sosial (adam Ibrohim. 1989:19) dikatakan, bahwa suatu organisasi yang tidak mampu berinovasi, berperan dan berkontek dengan lingkungannya, maka cepat atau lambat organisasi tersebut akan ditinggalkan lingkungannya. Lembaga pendidikan dalam hal ini Madrasah sebagai lembaga social harus mampu merespon tuntutan masyarakat yang selalu berubah yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan zaman.Contoh Skripsi

Hal-hal yang perlu dilakukan inovasi dalam pengelolaan Madrasah dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) pembinaan tenaga guru (2) pembinan staf (3) prilaku dan kedisiplinan (4) melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait (stake holders) (5) hubungan dan komunikasi serta iklim Madrasah (6) strategi pembelajaran (7) pembelajaran/media pembelajaran (8) keuangan (9) sarana dan prasarana. Yang menjadi pertanyan besar adalah mengapa upaya inonasi yang telah dirintis sejak dulu, utamanya peningkatan kualitas pendidikan Madrasahtidak sesuai dengan harapan?.

Inovasi menurut Adam Ibrohim (1989: 21) adalah upaya pemecahan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi. Dan apabila dikaitkan dengan fungsinya sebagai institusi social terbuka, maka Madrasah dituntut untukContoh Skripsi



melakukan inovasi sebagai bentuk kepedulian terhadap tuntutan masyarakat yang selalu berubah jika tidak maka Madrasah akan ditinggalkan masyarakatnya. Hal ini diperkuat oelh Ibrohim Bafadhol (1988; 16) bahwa inovasi Madrasah adalah suatu keharusan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme pendidikan dalam menatap masa depan. Aspek aspek yang perlu diinovasi menurutnya adalah

(1) pembinaan personalia (2) banyaknya personal dan wilayah kerja (3) fasilitas fisik (4) penggunaan waktu (5) perumusan tujuan (6) prosedur (7) peran yang dimiliki (8) bentuk hubungan antar bagian (9) hubungan dengan system yang lain dan strategi: desain, kesadaran, dan perhatian , evaluasi, percobaan. Dari sinilah inovasi pendidikan Madrasah haarus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

Merski demikian sudah ada Madrasah yang mapu mengaktualkan diri sebagai sekolah unggulan dan favorityang dapat memberi nuansa baru terhadap pendidikan Islam ke depan.

H.A. R. Tilaar (1999; 33) berpendapat bahwa sisitem pendidikan di Indonesia masih memiliki berbagai problem yang harus dipecahkan: Distribusi pendidikan belum merata, mutu pendidikan masih rendah diberbagai jenjang dan jenis pendidikan, efesiensi internal dan eksternal system pendidikan masih rendah, aplikasi manajemen masih kurang professional dan lemahnya sumberdaya manusia, serta menurunnya akhlak dan moral. Permasalahan tersebut disebabkan karena system pendidikan yang dilakukan selama ini masih bersifat missal dan cenderung memberikan perlakuan yang standar dan merata kepada semua peserta didik, sehingga kurang memberikan perhatian kepada peserta didik yang memiliki kemampuan, kecerdasan, minat dan bakat yang lebih dalam. Oleh karena itu,



system tersebut tidak akan menunjang upaya pengoptimalkan pengembagan potensi sumberdaya manusiasecara tepat.

Menurut Mukti Ali (dalam Maksum, 1999l: 40), realitas pendidikan Islam dari sejak munculnya lembaga pendidikan Islam sampai dengan sekarang masih diliputi oleh problema-problema yang seakan tidak pernah selesai.

Dalam pengembagan madrasah yang merupakan lembaga yang berciri khas Islam sampai saat ini masih dipertanyakan kualitas pendidikannya. Secara jujur harus diakui keberadaan Madrasah masih belum mampu mencapai kualitas yang diharapkan dan perannya ditengah masyarakat masih perlu diadakan pembenahan. Dari sisi kualitas, pendidikan di Madrasah jelas masih jauh dari yang kita harapkan, baik dari factor profesionalisme tenaga pengajar, sarana dan prasarananya, mauput input dan outputnya serta factor finansialnya.

Masyarakat Indonesia yang sebagian besar meluk Agama Islam, tentu menaruh harapan besar pada Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang diharapkanmampu menjawab pelbagai tantangan zaman di era global ini. Bukan hal yang berlebihan apabila masyarakat mengharapkan generasi yang memiliki tingkat moralitas yang tinggi yang memiliki konsistensi terhadap Agamanyaatau kesholehan spiritual sekaligus kesholehan social.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mukti Ali (1999: 41) “ sudah saatnya pemerintah dan umat Islam memberi perhatian serius terhadap lembaga pendidikan keagamaan seperti Madrasah, pondok pesantren ataupun lembaga keagamaan lainnya. Menurut Bukhori ( dalam Muhaimin, 2005; 41) bahwa kegagalan lembaga pendidikan Agama Islam disebabkan karena praktek pendidikannya hanya memperhatikan factor kognitif dan mengabaikan factor



afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekat yang kuat untuk mengamalkan nilai-nilai Agama, akibatnya terjadi kasenjangan antara pengetahuan dan pengamalan. Madrasah masih sibuk dengan berputar-putar pada maslah tenaga pengajar dan sumber dana. Sering laki para pengajar di Madrasah merasa kebingungan dengan inovasi pendidikan terutama dalam bidang kurikulum (Muhaimin, 2005: VI). Jika hal ini dibiarkan tidak mustahil Madrasah akan ditinggalkan oleh masyarakat Islam sendiri.

Dari pelbagai problematika pendidikan khususnya Madrasah. MIN Paiton sebagai obyek penelitian ini yang apabila dibandingkan dengan lembaga pendidikan Islam lain seperti MIN 1 Malng, SD AL FALAH Surabaya, SD Al Hikmah Surabaya masih jauh kalah bersaing. Akan tetapi MIN Paiton jika di bandingkan dengan Madrasa-Madrasah yang ada di Probolinggo, terutama di Kecamatan Paiton dari segi sarana-prasarananya, financial dan sumberdaya manusianya masih lebih baik. Tetapi, dengan pelbagai keunggulan yang ada di MIN Paiton tidak mampu menempatkan diri sebagai Madrasah yang diminati atau menjadi pilihan masyarakat, masih kalah dengan Madrasah atau sekolah swasta yang notabene sumberdaya manusianya dan sisi finansialnya jauh dibawahnya.

Pada tahun 1980-an MIN Paiton mengalami kemajuan yang luar biasa, prestasi akademik maupun non akademik diraihnya, seperti Pramuka, olah raga juara cerdas cermat se SD/MI se Kecamatan Paiton pada Power Gene ll. Dibidang akademik , siswa MIN paiton pernah meraih nilai tertinggi dalam Ujian Nasional se Kabupaten Probolinggo, dan beberapa kali masuk dalam peringkat lima besar peraih nilai tertinggi se Kabupaten Probolinggo. Sedangkan dari sisi



sumber daya manusia, salah satu guru meraih predikat sebagai guru berprestasi se Jawa Timur dalam bidang studi Matematika.

Dengan semua keberhasilan dan prestasi yang diraihnya itu MIN Karanganyar Paiton Probolinggo memperoleh penghargaan dari Kandepag Kabupaten Probolinggo sebagai Madrasah Ibtidaiyah Negeri Teladan se kabupaten. Akan tetapi sejak tahun sembilan puluhan, MIN Karanganyar Paiton Probolinggo mengalami kemunduran yang sangat drastis. Dari tahun ketahun kondisinya terus menunjukkan grafik menurun. Sebuah ironi, Madrasah yang pernah mendapat predikat sebagai Madrasah teladan kini meranakarena tidak lagi diminati oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang jauh dari standar kelas ideal. Kelas I ada 14 siswa, kelas II ada 5 siswa, kelas III ada 6 siswa, kelas IV ada 7 siswa, kelas V ada 4 siswa dan kelas VI ada 6 siswa. Dengan minimnya siswa yang ada sulit bagi MIN Karanganyar Paiton Probolinggo untuk meningkatkan kualitas sekaligus bangkit dari keterpurukan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki kualitas dan meraih kembali simpati masyarakat, dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar di daerah Paiton seperti Alm. KH. WAHID Zaini, pengasuh PP. Nurul Jadid, namun semua masih jauh dari harapan. MIN Karanganyar Paiton Probolinggo yang dulu menjadi kebanggaan masyarkat Paiton, kini nasibnya sangat memilukan.

Dari fenomena yang terjadi di MIN Paiton tersebut, menarik peneliti untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi serta apa makna dari kajian tersebut.



B.   Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini mengungkap penyebab utama terjadinyakemunduran drastic lembaga pendidikan MIN Karanganyar Paiton Probolinggo. Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan untuk mengungkap hal tersebut adalah:

1.      Mengapa MIN tersebut mengalami kemunduran?

2.      Apasaja problem yang dihadapi oleh MIN Karanganyar Paiton tersebut?

3.      Upaya apa yang dilakukan MIN Karanganyar Paiton untuk mengatasi problemnya? 

           
=================================== 
DAPATKAN FILE nya Dengan menghubungi admin
Anda dapat memiliki word/file aslinya
Silahkan download file aslinya setelah menghubungi admin….. klik disini
 Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar,  50.000,- MURAH Meriah
                                                     Anda tidak repot lagi mencari referensi.
                                                     Di jamin asli.contohmakalah
winrar sortware: 
http://www.ziddu.com/download/17271885/wrar390.exe.html

No comments:

Post a Comment

1

2










                 KLIK

translet