Jerome yang
dikutip oleh Syafaruddin, kondisi
tersebut
menyebabkan sebagian
masyarakat menjadi pesimis
terhadap proses pendidikan.
Mereka
beranggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptakan mobilitas
social
secara vertical karena pendidikan tidak menjanjikan pekerjaan yang layak,
4
kurang
menjamin masa depan siswa yang lebih baik.
Adapun
factor-faktor input itu berada dalam lembaga pendidikan, sehingga
jika factor
input tersebut terpenuhi
maka kualitas sekolah
akan meningkat, dan
otomatis
kualitas pendidikan. Oleh karena itu, bagaimana kiranya sebuah lembaga
pendidikan
dapat mengelolah proses pendidikan yamg mampu membentuk out put
yang berkualitas, sehingga
lembaga pendidikan tersebut
menjadi sekolah yang
unggul
dan akan memberi pengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Akan tetapi
perlu diingat mancapai
kualitas pendidikan hendaknya
mengorientasi pendidikan pada
tujuan Nasional Indonesia
sebagaimana yang
termuat dalam
UUSPN No. 20 Tahun 2003
Bab II Pasal
3 tentang system
pendidikan
Nasional, yaitu;
"Mengembankan potensi
peserta didik agar
menjadi manusia yang
beriman dan
bertqwa kepada Tuhan
Yang maha Esa,
berakhlak mulia,
sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga
Negara yang
demokratis
dan bertanggung jawab".
Dengan demikian
out put pendidikan
yang dikeluarkan berkualitas
sesuai
apa
yang dicita-citakan dan mampu mengikuti perkembangan zaman, sebab di era
3Jerome S.
Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prnsip Perumusan dan Tata
Langkah
Penerapan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2005, Hlm. 1
4
Syafaruddin,
Manajemen Mutu Terpadu dan Pendidikan, Konsep Strategi, dan Aplikasi,
Gazindo,
Jakarta,
2002, Hlm. 19
ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang
dan maju dengan
pesat, maka
perlu penyesuaian dibidang
pendidikan, yaitu pendidikan yang
dilaksanakan
hendaknya berwawasan
IPTEK agar bangsa
Indonesia tidak tertinggal
dengan
bangsa
lain.
Begitu
halnya dengan aspek-aspek dalam system pendidikan nasional yang
perlu
diperhatikan, diantaranya substansi atau isi, sarana, metode dan manajemen.
Sebagai contoh
kemajuan teknologi informasi
yang menuntut penyempurnaan
dalam metode
belajar dan penyesuaian
dalam substansi kurikulum
yang tidak
merubah visi
dan misi system
pendidikan nasional. Sehubungan
dengan hal itu
Dalam rangka
menghadapi tuntutan masyarakat, lembaga
pendidikan
masyarakat termasuk
pondok pesantren haruslah
bersifat fungsional, sebab
lembaga pendidikan
sebagai salah satu
wadah dalam masyarakat
bias dipakai
'pantu gerbang'
dalam mengahadapi tuntutan
masyarakat, ilmu pengetauhan
dan
teknologi yang
terus mengalami perubahan. Untuk
itu lembaga pendidikan,
termasuk pondok
pesantren perlu mengadakan
perubahan secara terus-menerus
seiring denganprkembangan tuntutan
yang ada dalam
masyarakat yang lainnya.
Pondok pesantern
telah lam menjadi
tumpuan pendidikan masyarakat
'religius'
tidak
boleh mengabaikan tuntutan perubahan tersebut. Meskipun filosofi dasarnya
'tetap' dipegang
teguh, yakni mendidik
kemandirian masyarakat berdasarkan
keyakinan
keagamaan, namun dengan adanya perubahan dalam era global tersebut
perlu dilakukan
penyesuaian terutama dalam
manajemen pendidikannya, agar
keberadaan pendidikan di
pesantren tetap eksis
dan tidak terhimpit
oleh
|
keberadaan
lembaga pendidikan lainnya.
sebagaimana
yang dikutip oleh Syafaruddin mengemukakan
bahwa 'kondisi yang
menyebabkan rendahnya kualitas
pendidikan berasal dari
berbagai
macam sumber, yaitu lemahnya perancangan kurikulum, ketidakcocokan
pengelolaan gedung,
lingkungan kerja yang
tidak kondisif, ketidaksesuaian
system dalam
prosedur (manajemen), tidaj
cukupnya jam pelajaran,
daya dan
6
pengembangan
staf'.
Sebagian para
pakar pendidikan mengibaratkan dunia
pendidikan sebagai
suatu industri
yang komponen-komponennya perlu
dikelolah secara efesien
dan
prifesional agar
menghasilkan komoditi yang
berkualitas tinggi serta
dapat
dipasarkan,
salah satunya persyaratan bagi berhasilnya pendidikan adalah adanya
system
manajemen kurikulum, guru, kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan,
dan manajemen
hubungan antar masyarakat
yang memadai menjadi
salah satu
Peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia
terus dilakukan. Hal
ini
terbukti dengan
adanya keseriusan pemerintah
mengenai permasalahan dibidang
pendidikan. Dengan
adanya kebijakan mengenai disentralisasi pendidikan
diharpkan lembaga-lembaga pendidikan mampu
mengembangkan lembaganya
dan lebih
meningkatkan kualitas pendidiknya
khususnya di pesantren,
berbagai
lembaga pendidikan
seakan berlomba untuk
menghasilkan out put
pendidikan
yang kopeten
dan memiliki pemahaman
tentang ilmu pengetahuan
yang telah
dipelajari.
Berdasarkan
masalah yang ada, menurut Departemen Pendidikan Nasional
paling tidak
dapat diindentifikais sedikitnya
ada tiga factor
yang menyebabkan
kualitas
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata, antara lain:
Faktor pertama,
kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan Nasional
menggunakan pendekatan education
production function atau
input, output,
analisis
yang tidak dilaksanakansecara konsekuen, pendekatan ini melihat bahwa
lembaga pendidikan berfungsi
sebagai pusat produksi
yang apabila input
pendidikan seperti
pelatihan guru, pengadaan
buku dan alat
pelajaran, dan
perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan lainnya
dipenuhi, maka kualitas
pendidikan (output)
secara otomatis akan
terjadi. Dalam kenyataan, mutu
pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi.
Mengapa? Karena selama
ini dalam
menerapkan
pendekatan education production funcition terlalu memusatkan pada
input pendidikan
dan kurang memperhatikan pada
proses pendidikan. Padahal,
proses
pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Faktor kedua,
penyelenggaraan
pendidikan nasional dilakukan
secara
birokratik-sentratilistik, sehingga
penempatan sekolah sebagai
penyelenggaraan
pendidikan
sangat tergantung pada keputusan yang mempunyai jalur yang sangat
panjang dan
kadang-kadang kebijakan yang
dikeluarkan tidak sesuai
dengan
kondisi sekolah
setempat, sekolah lebih
mementingkan subordinasi diatasnya,
sehingga mereka
kehilangan kemandirian, keluwesan,
motivasi, kreatifitas atau
untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya, termasuk
meningkatkan
kualitas pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Factor ketiga,
peran serta warga
sekolah khususnya guru
dan peran serta
masyarakat khususnya
orang tua siswa
dalam menyelenggarakan pendidikan
selama ini
sangat minim. Partisipasi
guru dalam dalam
pengambilan di sekolah
sangat tergantung pada
guru. Dikenalkan perubahan
apapun jika guru
tidak
berubah
maka tidak akan terjadi perubahan pada sekolah tersebut.
Manajemen
pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan
kualitas pendidikan,
sebab itu manajemen
diupayakan seefektif mungkin
mampu
nenghasilkan
out put yang berkualitas. Sedangkan manajemen yang baik itu hanya
bias dilakukan
oleh manajer yang
profsional dan berwawasan
kedapan, karena
seorang manajer
yang pofesional akan
bertanggung jawab terhadap
apa yang
dipimpinnya. Sesuai
dengan hadist Nabi
SAW dalam kitab
Riyadlus Sholihin
(Imam
Muhyiddin Zakariyah ; 174).
Manajemen juga
diakui sebagai salah
satu factor yang
sangat penting
dalam sebuah
lembaga pendidikan sehinnga
jatuh bangunnya ebuah
lembaga itu
diantaranya
disebabkan oleh kualitas manajemen yang dikembangkan.
Peranan manajemen
demikian signifikan dalam
menentukan kualitas
sebuah lembaga
pendidikan. Karena garapannya meliputi
pengorganisasian,
pengelolaan, dan
pemberdayaan segala sumber
daya. Batu, pasir,
genting, bata,
semen, dan
kayu tidak akan
menjadi rumah jika
tanpa manakemen yang
sesuai
dengan fungsi
dan perananya secara
efektif dan efesien.
Demikian pula dengan
potensi
guru, masyarakat, gedung dan fasilitas lainnya. Dengan demikian jelaslah
peran manajemen
pendidikan sangatlah penting
dalam pencapaian dan
peningkatan
kualitas pendidikan.
Pondok Pesantren Ar-Risalah Salafi
Terpadu di Lirboyo
Kediri,
Merupakan pondok
pesantren yang cukup
terkenal di Jawa
Timur, Pondok
Pesantren Lirboyo
terkenal dengan pendidikan salafiyah, tradisional sampai
modern di
pondok pesantren Ar-Risalah
Terpadu Lirboyo ini,
memiliki macam-
macam
pendidikan yang cukup unik, yaitu gabungan antara pendidikan salafiyah
dan pendidikan pada
umumnya. Adapun macam-macam unit
pendidikannya
adalah bimbingan
Qira'ati, al-Qur'an Binadhar
(secara melihat), al-Qur'an
Bilghaib,
Madrasah Diniyah, Sekolah Dasar, SMP, SMU, dan Ekstrakurikuler.
Dalam
pondok Pesantren Terpadu Ar-Risalah Lirboyo Kediri ini termasuk
pendidikan
terpadu yang cukup favorit. Kebanyakan santri yang ada di pesantren
ini
dari kalangan menengah keatas, dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dalam
keseharian
santri diharuskan berbahasa asing, diantaranya: bahasa Arab, Inggris,
Jepang, dan
Mandarin. Salah satu
tujuan dari pesantren
salafiyah terpadu adalah
untuk
memudahkan dalam menerapkan pendidikan berbasis beraktifitas dan KBK.
Berdasarakan fenomena
diatas, maka peneliti
merasa tertarik untuk
mengetahui bagaimana
manajemen pendidikan dalam
meningkatkan kualitas
pendidikan, yang
tetap mengutamakan salafiyahnya, dan
tidak kalah dengan
pendidikan formal
lainnya. Disamping itu
peneliti ingin menunjukkan
bahwa
keberadaan pesantren tidak
ekslusif lagi dengan memantapkan dan
mengembangkan
kurikulum demi meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren.
Hasil pengamatan
serta observasi ini
akan dituangkan peneliti.
Dalam sebuah
karya tulis
ilmiah yang berjudul
"Manajemen
Pendidikan Dalam Meningkat
Kualitas Pendidikan (di
SMP Pondok Pesantren
Ar-Risalah Salafi Terpadu
Lirboyo
Kediri)".
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
manajemen pendidikan di
SMP Ar-Risalah Lirboyo
Kediri
dalam
meningkatkan kualitas pendidikan
2. Apa
saja kendala-kendala yang
dihadapi dalam meningkatlan kualitas
pendidikan
di SMP Ar-Risalah Lirboyo Kediri
|
|
|
|
|
|
===================================
DAPATKAN FILE nya Dengan menghubungi admin
Silahkan download file aslinya setelah menghubungi admin….. klik disini
Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar, 50.000,- MURAH Meriah
Anda tidak repot lagi mencari referensi.
Di jamin asli.contohmakalah
|
|
|
No comments:
Post a Comment