SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Saturday, January 7, 2012

madrasah dalam perspektif masyarakat menengah atas |Contoh Skripsi

Penulis : -
Kode     : 121
Judul     : madrasah dalam perspektif masyarakat menengah atas (studi tentang “parental choice of education” di min malang i)
 -------------------------------------------------





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
      Madrasah merupakan salah satu bentuk kelembagaan pendidikan Islam yang memiliki sejarah yang sangat panjang. Menurut Syalabi (1987: 43) madrasah pertama kali dirikan pada tahun 459 H oleh Nizam al-Mulk di Baghdad, bahkan menurut Hasan Abd ‘Al (1988; 210) madrasah telah lebih awal berdiri pada abad keempat Hijriyah di Naisabur. Munculnya pendidikan madrasah pada awalnya selain dilatarbelakangi oleh motivasi agama dan motivasi ekonomi, juga motivasi politik. Sebab itu kelembagaan madrasah merupakan formalisasi yang dilakukan pemerintah terhadap sistem pendidikan informil yang telah ada sebelumnya, sisi lain ialah adanya ketentuan-ketentuan yang lebih jelas yang berkaitan dengan komponen-komponen pendidikan dan keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan madrasah. Dengan demikian keberadaan madrasah pada waktu itu merupakan tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan Islam yang banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan dunia pendidikan pada masa-masa berikutnya, termasuk perkembangan pendidikan di dunia Barat. Abd Ghani Abud (dalam Maksum, 1999: 75) mengatakan “pendirian universitas-universitas di Barat adalah sebagai hasil inspirasi dan pengaruh madrasah (Nidzamiyah)”. George Makdisi (dalam Studia Islamica 32: 1970: 255-264) juga membuktikan, bahwa tradisi akademik Barat secara historis mengambil banyak keuntungan dari tradisi madrasah.
Di Indonesia, madrasah merupakan fenomena moderen  yang dimulai sekitar awal abad ke-20. Tidak ada kejelasan hubungan madrasah abad ke 11-12 di timur tengah dengan munculnya madrasah di Indonesia pada awal abad ke-20. Sejarah pertumbuhan madrasah di Indonesia, jika dikembalikan pada situasi awal abad ke-20, dianggap sebagai memiliki latar belakang sejarahnya sendiri, walaupun sangat dimungkinkan ia merupakan konsekuensi dari pengaruh intensif pembaharuan pendidikan Islam di timur tengah masa moderen. Hal tersebut seperti ditegaskan IP Simanjuntak (1972/1973: 24) bahwa  masuknya agama Islam tidak mengubah hakekat pengajaran agama yang formil, yang berubah ialah isi agama yang dipelajari, bahasa yang menjadi wahana bagi pelajaran agama itu, serta latar belakang pelajar-pelajar, jadi masih tetap menganut pola hindu. Sejalan dengan itu penelitian Karel Steenbrink (1994) mengindikasikan bahwa pendidikan Islam berevolusi dari pesantren, madrasah dan kemudian sekolah, sebab itu madrasah di Indonesia dianggap sebagai perkembangan lanjut atau pembaharuan dari lembaga pendidikan pesantren dan surau. Contoh Skripsi

Di sisi lain, perkembangan madrasah pada awalnya berusaha menjembatani antara sistem pendidikan pesantren yang dianggap tradisional dengan sistem pendidikan kolonial yang moderen, secara sederhana dapat dikatakan bahwa madrasah dalam batas-batas tertentu merupakan lembaga persekolahan ala Belanda yang diberi muatan keagamaan. Namun pada prakteknya posisi madrasah masih kontra produksi dengan sistem pendidikan yang dikembangkan penjajah, terutama jika dilihat dari kurikulumnya yang masih dimonopoli oleh ulum al-naqliyah (Islamic science). Penjajah sendiri menganggap bahwa tradisi pendidikan Islam waktu itu dipandang memiliki kebiasaan-kebiasaan yang jelek, baik dari sudut kelembagaan, kurikulum maupun metode pengajarannya (Steenbrink, 1974: 2). Sebab itu, dan karena kepentingan-kepentingan politik kolonial untuk mendiskriditkan kekuatan Islam, maka posisi madrasah selalu termarginalkan. Muncul kemudian dikotomi pendidikan, antara sistem pendidikan barat yang moderen dengan sistem pendidikan Islam yang kolot dan tradisional. Pendidikan Islam dicirikan sekolah anak petani miskin, bahkan alumninya hampir tertutup mengakses ke jabatan birokrasi. Dikotomi tersebut pada akhirnya menjadi kesan (image) masyarakat luas yang berdampak kurang baik bagi perkembangan madrasah selanjutnya.Contoh Skripsi
Melalui perjuangan yang cukup panjang, madrasah telah berhasil mendapatkan statusnya seperti sekarang ini. Perjuagan itu diawali dengan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, yakni Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri tahun 1975 yang menegaskan bahwa kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lain. Kebijakan tersebut selanjutnya diperkuat dengan lahirnya kebijakan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 2 tahun 1989. Dalam UUSPN tersebut secara tegas disebutkan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam.
Dari kenyataan di atas sebenarnya secara yuridis tidak relevan lagi diperdebatkan permasalahan-permasalahan dikotomi, karena keduanya mempunyai status yang sama. Bahkan sebenarnya secara politis, pada saat sekarang ini madrasah mempunyai peluang besar untuk berkembang dengan pesat, karena para elit pemerintahan sekarang sebagain besar muslim (santri) sehingga memungkinkan untuk men-support perkembangan madrasah.Contoh Skripsi
Meski demikian, menurut Dahlan Hasim (dalam Fadjar, 1998: ix) madrasah oleh sebagian masyarakat masih dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”. Akibatnya, meskipun secara yuridis keberadaan madrasah diakui sejajar dengan sekolah formal lain, madrasah umumnya hanya diminati oleh siswa-siswa yang kemampuan inteligensi dan ekonominya relatif rendah atau ”pas-pasan”. Sementara masyarakat menengah atas sepertinya enggan menyekolahkan anaknya ke lembaga ini, sehingga usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah selalu mengalami hambatan. Contoh Skripsi
Rendahnya animo masyarakat menengah atas (upper midle class) untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah, dilihat dari perspektif fungsional—sebuah teori yang berpandangan bahwa masyarakat merupakan kesatuan sistem yang saling bergantung dan berhubungan—mengindikasikan dua hal yang saling berkorelasi; pertama, terkait dengan problem internal kelembagaan., dan kedua, terkait dengan parental choice of education. Contoh Skripsi
Problem internal madrasah yang selama ini dirasakan, seperti dikatakan Malik Fadjar (1998: 41) meliputi seluruh sistem kependidikannya, terutama sistem manajemen dan etos kerja madrasah, kualitas dan kuantitas guru, kurikulum, dan sarana fisik dan fasilitasnya. Sementara itu dalam Jurnal Madrasah (Vol.3, No.2,1999: 5) menyebutkan bahwa posisi madrasah bagaikan kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau. Demikian itu, seperti yang dipaparkan Imam Suprayogo, karena posisi madrasah berada dalam lingkaran setan, sebuah problem yang bersifat causal relationship; dari problem dana yang kurang memadai, fasilitas kurang, pendidikan apa adanya, kualitas rendah, semangat mundur, inovasi rendah, dan peminat kurang, demikian seterusnya berputar bagai lingkaran setan. Demikianlah gambaran para pengamat disekitar kompleksitas persoalan pendidikan di dunia madrasah dewasa ini.Contoh Skripsi
Di sisi lain, kaitannya dengan parental choice of education, menurut A. Malik Fadjar (1999: 76) bahwa dalam masyarakat akhir-akhir ini terjadi adanya pergeseran pandangan terhadap pendidikan seiring dengan tuntutan masyarakat (social demand) yang berkembang dalam skala yang lebih makro. Menurutnya, kini, masyarakat melihat pendidikan tidak lagi dipandang hanya sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan terhadap perolehan pengetahuan dan ketrampilan dalam konteks waktu sekarang. Lebih dari itu, pendidikan dipandang sebagai bentuk investasi, baik modal maupun manusia (human and capital investmen) untuk membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan sekaligus mempunyai kemampuan produktif di masa depan yang diukur dari tingkat penghasilan yang diperolehnya (Ace Suryadi, H.A.R. Tilaar, 1993)
Masyarakat yang semakin selektif dalam memilih lembaga pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, merupakan akibat dari rangkaian perubahan yang terjadi dalam skala makro. Artinya, perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dalam bidang yang lain mempengaruhi pula pandangan dan pilihan masyarakat terhadap pendidikan. Inilah yang pada awal tadi disebut masyarakat sebagai kesatuan sistem.
Dalam kajian sosiologis digambarkan, bahwa perubahan tersebut bersifat universal (universal change) yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yang berjalan secara revolutif, seperti terjadinya revolusi dibidang teknologi, komunikasi, pendidikan dan media massa (M.Francis Abraham, 1980). Terjadinya revolusi ini secara sistematis berpengaruh terhadap ide, norma, perilaku, hubungan sosial dan kelembagaan dalam masyarakat dengan corak dan cirinya yang lebih baru. Contoh Skripsi
Ahmad watik Pratiknya (dalam Fadjar, 1999: 77) lebih jelas menggambarkan corak dan ciri-ciri masyarakat yang akan berkembang di masa sekarang dan masa yang akan adatang. Pertama, terjadinya teknologisasi kehidupan sebagai akibat adanya loncatan revolusi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, kecenderungan perilaku masyarakat yang lebih fungsional, dimana hubungan sosial hanya dilihat dari sudut kegunaan dan kepentingan semata, ketiga, masyarakat padat informasi, dan keempat, kehidupan yang makin sistemik dan terbuka, yakni masyarakat yang sepenuhnya berjalan dan diatur oleh sistem yang terbuka (open system).
Sesuai dengan ciri masyarakat tersebut, maka pendidikan yang akan dipilih oleh masyarakat adalah pendidikan yang dapat memberikan kemampuan secara teknologis, fungsional, individual, informatif dan terbuka. Dan yang lebih penting lagi, kemampuan secara etik dan moral yang dapat dikembangkan melalui agama.
Dari problem internal kelembagaan madrasah seperti dijelaskan di atas, dikaitkan dengan parental choice of education, dimana masyarakat semakin kritis, prakmatis, terbuka dan berpikir jauh ke depan dalam melakukan pilihan pendidikan bagi anak-anaknya, maka sudah barang tentu pendidikan madrasah akan tetap berada pada posisinya sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”, “marginal” yang hanya diminati masyarakat bawah dan tidak atau kurang dilirik oleh masyarakat menengah atas (upper midle class).Contoh Skripsi
Tetapi, seperti yang diinformasikan Malik Fadjar (1998:36) bahwa terdapat beberapa lembaga pendidikan madrasah yang ternyata dapat bersaing dengan lembaga pendidikan maju lainnya, bahkan beberapa madrasah menunjukkan banyak dikonsumsi oleh masyarakat elit. Menurut berita sebuah media massa, di Jawa timur dikabarkan ada beberapa madrasah favorit terpaksa harus menolak calon muridnya karena kapasitas yang terbatas (Jawa Post, 23 Juni 1994). Bahkan di Malang sendiri, seperti sering diberitakan oleh media massa dan diungkap oleh para pengamat, terdapat lembaga madrasah yaitu MIN Malang I yang menjadi favorit bagi masyarakat Malang. Dari data yang ada menunjukkan bahwa lembaga tersebut banyak dikonsumsi oleh masyarakat menengah atas.
Berdasarkan penuturan kepala sekolah MIN Malang I Ibu Hj. Surtiah, jumlah pendaftar tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 757 orang. Imron Arifin (1998) dalam penelitiannya tentang MIN Malang I menyebutkan bahwa jumlah pendaftar setiap tahunnya yang ingin memasukkan anaknya ke MIN Malang I lebih  dari 600 pendaftar, sementara kapasitas dan daya tampungnya sekitar 240 orang siswa. Dilihat dari latar belakang pekerjaan dan pendidikan orang tua siswa terdapat; Pegawai Negeri Sipil 600 orang (52,4%), Wiraswasta 450 orang (39,3%), ABRI 50 orang (4,36%), Dokter 25 orang (2,18%), lain-lain 20 orang (1,74%). Sebanyak 795 orang (69,43%) berpendidkan Perguruan Tinggi, 275 (24,01%) SLTA, 55 orang (4,8%) SLTP, 20 orang (1,74%) SD.
Dari fenomena yang digambarkan di atas, menarik untuk dikaji dan diadakan penelitian (research), kenyataannya terdapat (sebagian besar) madrasah masih berada pada posisi marginal atau yang disebut pendidikan “kelas dua” tetapi di sisi lain terdapat pula (sebagian kecil) madrasah yang ternyata banyak diminati dan menjadi pilihan utama bagi masyarakat atas, salah satunya adalah MIN Malang I. Dari sini muncul permasalahan mengapa sekolah atau madrasah-madrasah tertentu diminati masyarakat menengah atas sementara yang lainnya tidak ? dan bagaimana pula pertimbangan-pertimbangan orang tua--kaitannya dengan parental choice of education--melakukan pilihan terhadap lembaga-lembaga pendidikan tertentu ? Signifikansi dari jawaban terhadap persoalan tersebut adalah berusaha memahami secara komprehensif dan integral melalui kegiatan riset dan evaluasi, seperti ditekankan oleh A.Malik Fadjar (1998), yang pertama, yaitu secara makro memahami pergeseran kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan dengan cara memahami alasan (reason) orang tua dalam melakukan pilihan pendidikan terhadap anaknya (parental choice of education), dan kedua, secara mikro memahami kondisi internal kelembagaan madrasah dalam merespon kecenderungan-kecenderungan kebutuhan, tuntutan, dan harapan masyarakat.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, terutama di MIN Malang I, menunjukkan bahwa alasan yang mendasari pilihan masyarakat menyekolahkan anaknya ke MIN Malang I, berdasarkan dari hasil angket yang disebarkan  tahun 1996, dapat diperoleh keterangan bahwa alasan orang tua menyekolahkan anaknya secara berurutan adalah; (a) sitem pendidikan yang mengkombinasikan mata pelajaran umum dan mata pelajaran keagamaan, (b) disiplin tinggi dan dedikasi para guru cukup tinggi, (c) prestasi lulusannya cukup tinggi, (d) tersedianya laboratorium cukup lengkap, (e) metode pengajaranya cukup baik dan mudah diterima, (f) Sekolah Negeri, dan (g) tempatnya bagus dan strategis (BP-3 MIN Malang I, tt; 5). Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Imran Arifin (Desertasi; 1988) yang menyebutkan bahwa alasan orang tua menyekolahkan anaknya antara lain dipengaruhi oleh; Letak geografis lembaga berada di tengah kota, gedungnya megah dan lingkungan yang eksklusif, kurikulumnya adalah kurikulum pendidikan dasar plus agama, terdapat praktikum dengan fasilitas laboratorium dan pengajar yang profesional, prestasi akademik secara regional dan nasional tinggi, siswa ditekankan menguasai bahasa arab dan inggris, gurunya cakap, berpengalaman, dan rata-rata berpendidikan S-1.
Dalam skala makro, menarik tesis yang dilontarkan oleh A. Malik fadjar (1998: 47) dari hasil pengamatannya, bahwa semakin terpelajar masyarakat semakin banyak aspek yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam melilih suatu lembaga pendidikan. Sebaliknya, semakin awam masyarakat semakin sederhana pertimbangannya dalam memilih lembaga pendidikan atau barangkali, bahkan hanya sekadar menjadi makmum dengan kepercayaannya. Menurutnya, ada tiga hal yang paling tidak menjadi pertimbangan masyarakat terpelajar dalam memilih suatu lembaga pendidikan bagi anak-anak mereka, yaitu cita-cita dan gambaran hidup masa depan, posisi dan status sosial, serta agama. Dalam kaitan ini, jika madrasah atau lembaga pendidikan Islam lainnya memenuhi ketiga kreteria di atas, maka akan semakin diminati oleh masyarakat terutama masyarakat terpelajar, tetapi sebaliknya, banyak lembaga pendidikan Islam yang akan semakin meminggir posisinya karena tidak menjanjikan apa-apa.
Beberapa penelitian di atas, terutama dua penelitian terdahulu, dapat dikatakan masih sederhana dan artifisial belum menjangkau hal-hal yang lebih subtantif dan mendalam, penelitian pertama hanya berupa angket sehingga pemahaman yang mendalam (understanding of understanding) belum didapatkan sementara interpretasi data hanya didasarkan pada angka-angka berdasarkan prosentasi. Adapun penelitian Imran Arifin, hanya membahas sekilas saja kaitannya dengan alasan orang tua memilih MIN Malang I sebagai tempat pendidikannya, sebab penelitian tersebut lebih menfokuskan pada kepemimpinan kepala sekolahnya. Untuk tesis yang diajukan A.Malik Fajdar di atas kiranya perlu dikaji lebih mendalam dengan melihat realitas yang sesungguhnya ada di masyarakat.
Sementara itu jika dipahami lebih jauh, dari beberapa penelitian terdahulu, alasan pemilihan lembaga pendidikan (parental choice of school), disamping faktor-faktor di atas,  sebenarnya masih banyak faktor-faktor lain yang dipertimbangkan oleh masyarakat. Dennison (1989), mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi parental choise of education, terdapat 25 item mulai dari kualitas gedung, lokasi dan lingkungan sekolah sampai pada profile seorang kepala sekolah dan stafnya. Disamping itu dalam perspektif sosiologi, Philip Robinson (1986) meneliti bahwa parental choice of education juga dipengaruhi oleh obsesi masyarakat dalam mobilitas sosial, dan pertimbangan-pertimbangan sosiologis; meningkatkan derajat statatus sosial, untuk memperoleh peran sosial yang tinggi dan bergensi, dan seterusnya. Di sisi lain parental choice of education, juga dipengaruhi antara lain; karena faktor emosional keberagamaan, emosional keorganisasian, aliran, sekte dan seterusnya.
Berbagai persoalan baik secara empirik dan teoritik tentang image masyarakat terhadap madrasah dan persoalan parental choice of education sebagaimana yang disebutkan di muka, menunjukkan adanya permasalahan empirik dan teoritik yang perlu dikaji dan dijernihkan. Secara empirik terdapat kesan madrasah sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”, dan “marginal”, tetapi justru sebaliknya MIN Malang I (sebagai salah satu lembaga pendidikan madrasah) menunjukkan  sebagai lembaga pendidikan  favorid bagi upper-midle class di kota Malang. Kenyataan ini perlu dilakukan penelitian secara mendalam terutama yang terkait dengan parental choice of education dan secara internal kelembagaan terkait dengan upaya pemberdayaan sumber-sumber yang ada dalam merespon keinginan masyarakat tersebut. Dalam kitan ini secara teoritik terdapat berbagai pandangan tentang alasan (reason) orang tua dalam membuat keputusan (decision) dalam menyekolahkan anaknya. Sebab itu hasil penelitian dengan mengambil kasus MIN Malang I ini diharapkan dapat mengkonstruk teoritik berdasarkan kenyataan (das sein) sesuai hasil penelitian. Itulah (permasalahan) yang melatarbelakangi penelitian tesis ini.
=================================== 
Anda dapat memiliki word/file aslinya
Silahkan download file aslinya setelah menghubungi admin….. klik disini
 Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar,  50.000,- MURAH Meriah
                                                     Anda tidak repot lagi mencari referensi.
                                                     Di jamin asli.contohmakalah

No comments:

Post a Comment

1

2










                 KLIK

translet


Tags

tempat sharing

Blog Archive

Blog Archive