untuk mencari judul skripsi yang di inginkan
Tuesday, January 10, 2012
hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi berprestasi pada santri | Contoh Skripsi
Penulis : -
Kode :123
Judul : hubungan antara kecerdasan
spiritual dengan motivasi berprestasi pada santri pondok pesantren al-asma’ul husna nw tanak beak barat lombok tengah
-------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses
belajar merupakan bagian
dari
pendidikan, dalam proses
belajar,
peserta didik dituntut
untuk secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sehingga bisa tercapai sumber daya manusia yang tinggi agar bisa
bermanfaat bagi bangsa dan negara. Irwanto (2002) belajar adalah proses perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu terjadi dalam jangka waktu tertentu
(Irwanto,
2002,
105).
Dalam proses
belajar diperlukan motivasi
berprestasi, supaya tujuan dari pendidikan
bisa
terlaksana,
sehingga peserta didik akan berkompetensi untuk belajar sebaik mungkin,
dengan sungguh-sungguh, di antara faktor untuk
membangkitkan motivasi berprestasi adalah faktor dari luar seperti lingkungan dan fasilitas yang ada
untuk belajar, dan kedua adalah faktor dari dalam, yaitu motivasi berprestasi
yang dipengaruhi oleh kemauan dari diri sendiri untuk mencapai sesuatu yang terbaik.
Dalam proses belajar para guru dalam membina siswa atau santri, lebih
sering memberikan pelajaran untuk mengasah kecerdasan inteligensi (IQ), seperti
pelajaran les tambahan, apalagi menjelang ujian nasional (UN), hampir setiap sore
dan malam selalu diisi dengan belajar, sebenarnya selain mengasah IQ, ada juga yang lebih penting
yaitu bagaimana
mengasah kecerdasan
spiritual (SQ),
karena
dengan mengasah
SQ,
seseorang akan
mampu mengoptimalakan kecerdasan yang lain. Zohar, dan Marshall (2002) Kecerdasan spiritual merupakan
penyatu dari
kecerdasan-kecerdasan lain seperti
IQ dan EQ, di mana SQ mempunyai frekwensi osilasi 40 Hz di dalam otak,
fungsi dari osilasi ini adalah menggabungkan proses inderawi dan intelektual di
seluruh bagian otak. Dengan kata lain osilasi-osilasi ini menempatkan aktivitas neuron teransang kedalam konteks yang lebih besar
dan lebih bermakna, (Zohar &
Marshall, 2002, 65) Contoh Skripsi
Dari uraian di atas, diharapkan agar para guru, dalam memberikan pelajaran kepada siswa atau santri, tidak hanya untuk mengasah kecerdasan
inteligensi tapi
diperlukan
juga
untuk
mengasah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual juga sangat diperlukan, diantaranya untuk membentuk
perilaku
siswa, yang berakhlak mulia, seperti yang disebut dalam undang- undang pendidikan nomor 20 tahun 2003, yaitu: Contoh Skripsi
“Pendidikan adalah usaha sadar
dan
terencana untuk
mewujudkan
suasana belajar dan
proses pembelajaran agar
peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” (www.inherent-dikti.net. Diakses 16-02-10)
Dari redaksi
undang-undang
tentang pendidikan nomor 20 tahun
2003 di atas menunjukkan, bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk manuasia yang memiliki kekuatan spiritual, memiliki pengendalian diri, cerdas, serta berakhlak mulia, kecerdasan spiritual sangat diperlukan untuk menunjang kesuksesan seseorang, keberhasilan seseorang ditentukan oleh beberapa faktor, IQ hanya menyumbang sekitar 20 persen,Contoh Skripsi
selebihnya yaitu 80 persen ditentukan oleh faktor lain, seperti kecerdasan spiritual,
kecerdasan emosi,
faktor
lingkungan,
budaya,
dan sebagainya.
seperti yang dikatakan Goleman (2004) IQ menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan
sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh
faktor-faktor lain. Seperti dalam penelitian yang dilakukan di Amerika, yaitu pada 95 mahasiswa Harvard dari angkatan tahun 1940-an,
dilacak sampai mereka berusia setengah baya, maka mereka yang perolehan tesnya
paling
tinggi
di
perguruan tinggi
tidaklah terlampau sukses di bandingkan rekan-rekannya yang IQ nya lebih rendah bila diukur
menurut gaji, produktivitas, atau status dibidang pekerjaan
mereka. (Goleman, 2004,
44, 46)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pranata dan Kesuma (2006),
tentang
The Effect of Intelligent Quotient, Emotional Quotient and Spiritual
Quotient to Achievement Motivation In The Office of Custom and Excise Services
Special
Type-A Tanjung Perak Surabaya.
Bahwa
faktor-faktor penentu motivasi berprestasi yang berdampak pada prestasi kerja individu dalam organisasi adalah faktor individu dan
faktor lingkungan kerja organisasi, sedangkan bagian dari faktor individu adalah faktor kecerdasan.
Faktor kecerdasan inteligensi merupakan tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 158 responden, secara umum memiliki
kecerdasan inteligensi, kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual yang relatif baik. Demikian
juga dengan motivasi berprestasi pegawai yang menunjukkan kecenderungan yang
relatif baik, meskipun
masih
banyak
yang
harus
dibenahi berkaitan dengan pelanggaran
kedisiplinan dan tanggung jawab
pegawai yang dilakukan
oleh
oknum
pegawai yang
berdampak
pada
pencemaran nama baik institusi. Hasil analisis data membuktikan bahwa kecerdasan
inteligensi
tidak
berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi,
kecerdasan emosional berpengaruh dominan terhadap motivasi berprestasi dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap motivasi berprestasi pegawai
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Khusus Tanjung Perak Surabaya (Pranata dan Kesuma 2006). Contoh Skripsi
Selain itu, spiritualitas juga dipandang sangat penting tidak hanya dalam membantu karyawan
di perusahaan, tapi penting
juga dalam
membantu siswa dalam proses belajar, beberapa tahun terakhir ini ada salah satu instansi yang
menyelenggarakan pelatihan mengenai kecerdasan spiritualitas kecerdasan emosi, yang dikaitkan dengan achievement motivation, yang lebih
dikenal dengan Training Emosioanal, Spiritual and Achievement Motivation (ESAM
Training). Pelatihan ini banyak
sekali diminati oleh beberapa sekolah di Indonesia, ada sekitar 35 instansi sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, (Anonim, http://www.esamtraining.blogspot.com diakses 12-11-09).
Ini membuktikan betapa pentingnya kecerdasan spiritualitas dalam kehidupan manusia secara umum,
dan khususnya bagi siswa dalam melejitkan potensi
untuk Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hidayatul Chasanah (2008) tentang Studi Analisis Peranan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Santri
Pondok
Pesantren Ibnul Qoyyim
Yogyakarta, penelitian tersebut
bertujuan untuk mengungkapkan ada
tidaknya hubungan antara kecerdasan
emosional dan spiritual terhadap motivasi belajar santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Yogyakarta serta peranan kecerdasan emosional dan spiritual dalam meningkatkan motivasi belajar santri Pondok
Pesantren Ibnul Qoyyim Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan
222
santri. Hasil
penelitian
menunjukkan:
1)
Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama dengan motivasi belajar santri. Kecerdasan spiritual mereka berada pada kategori cukup pula. Motivasi
belajar mereka berada
pada
kategori cukup baik. 2) Ada hubungan positif yang signifikan antara
kecerdasan emosional
dengan
motivasi belajar
santri
Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim akan semakin tinggi pula
motivasi belajar mereka. 3) Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi
belajar santri.
Mungkin semakin tinggi tingkat
kecerdasan spiritual santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim akan semakin tinggi pula motivasi belajar mereka. 4) Tingkat kecerdasan emosional santri Pondok
Pesantren Ibnul
Qoyyim berada
pada
kategori
cukup.
Mungkin semakin
tinggi tingkat kecerdasan emosional
dan
tingkat kecerdasanContoh Skripsi
spiritual santri
Pondok Pesantren
Ibnul Qoyyim
semakin
tinggi pula
motivasi belajar mereka, (Chasanah, 2008).
Dari hasil penelitian di atas, peneliti ingin meneliti lebih jauh lagi
meneliti tentang
peranan spiritualitas, dalam menumbuhkan motivasi
berprestasi pada siswa, melihat hasil penelitian yang dilakukan Chasanah
(2008) tentang adanya
pengaruh
kecerdasan spiritualitas
santri terhadap
motivasi belajar
mereka, yang dilakukan di podok pesantren Ibnul Qoyyim, di sana pengaruh antara
SQ dan Motivasi positif, dikarenakan ada faktor pendukung, seperti
pondok
pesantren
yang berada
di
kota
besar, dan
mempunyai fasilitas yang lengkap, sehingga santri yang belajar di sana akan lebih termotivasi untuk belajar.
Di sisi lain tidak semua masyarakat Indonesia berada di kota besar, untuk itu peneliti mencoba untuk melakukan studi dengan penelitian ulang
di daerah terpencil, penelitian kali ini akan dilakukan di pondok pesantren
Al-Asma’ul Husna NW Tanak Beak Barat Lombok Tengah, berbeda dengan
di pondok pesntren Ibnul Qoyyim Yogyakarta, karena lokasi penelitian yang terletak
di pedesaan, kemudian
fasilitas masih belum lengkap.
Dari segi budaya, antara daerah Yogyakarta dengan daerah Lombok berbeda, dengan kondisi yang berbeda ini, memunculkan pertanyaan apakah masih ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap tingkat
motivasi berprestasi santri
?
Pesantren sebagai wadah untuk menempa kepribadian santri menjadi lebih baik, sehingga terbentuk kualitas spiritual yang tinggi dan mempunyai perilaku yang baik, sebagiamana yang dikatakan Mahpur (2008) Pesantren sebagai subkultur memiliki identitas yang menggambarkan suatu realitas kehidupan dan berbagai miniatur makna psikologis yang unik.
Pesantren
merupakan ajang pertapaan zuhud sekaligus medium penempa kemandirian dan kesalehan hidup bagi penghuni (santri)
yang memiliki makna holistik membimbing kematangan kepribadian, memberikan kesempatan muhasabah dalam waktu yang cukup lama
yang dipraktikkan melalui cara hidup keseharian,
hubungan
keilmuan yang didasari oleh tawadhu’ dan punya
keragaman
pembelajaran, pembiasan
menuju kematangan melalui cara hidup sederhana, melalui ritus-ritus yang direplikasi
secara emosional,
psikologis dan
spiritual sehingga
kebiasaan
itu
memberiakan kontribusi kekayaan psikologis kaum santri untuk siap menjadi pribadi yang matang, (Mahpur, 2008, vii).
Di sisi lain dalam kehidupan pesantren juga, tidak selalu berjalan dengan baik,
sesuai harapan, yakni membentuk
santri
yang mempunyai akhlak mulia,
spiritualitas yang bagus,
serta
intelektualitas yang tinggi, seperti yang diungkapkan oleh Yahya (dalam Solichatun, Nuqul, Mahpur,
2007),
ada
beberapa faktor yang bisa
menyebabkan kemerosotan
atau kemunduran
dalam pesanteren yaitu:
Faktor External, antara lain:
1) Berubahnya orientasi nilai-nilai kemasyarakatan menuju materialisme pragmatis merubah orientasi idealisme kelembagaan pesantren; misalnya dari pusat
pengkaderan ulama menuju pengkaderan tenaga siap kerja.
2) Intervensi
kebijakan Pemerintah berupa
formalisasi
pendidikan
dan kewajiban menerapkan sistem & kurikulum pembelajaran secara nasional
Faktor Internal, antara lain:
1) Peningkatan jumlah santri di luar kapasitas kemampuan pengelolaan yang dimiliki oleh kiai (pengasuh)
2) Beban tugas pesantren yang semakin tinggi baik dari segi kualitas/kuantitas
3) Perubahan ketahanan ekonomi
pesantren dari mandiri secara mutlak menuju
pada ketergantungan ekonomi pada pihak lain
4) Persiapan
sistem pengkaderan regenerasi pengasuh pesantren
yang
kurang cermat
5) Konflik internal, (Sholichatun, Nuqul, Mahpur, 2007).
Selain faktor di atas, ada
juga
beberapa masalah, dan ini bisa menjadi salah satu pendukung dari degradasi yang terjadi di pesantren, yaitu masalah motivasi berprestasi santri, seperti penelitian sebelumnya motivasi berprestasi sering dikaitkan dengan kulitas spiritualitas seseorang. Ciri-ciri orang yang cerdas secara spiritual Zohar & Marshaall (2007) mengindikasikan tanda dari SQ yang telah
berkembang
dengan baik mencangkup hal berikut:
1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
2. Tingkat kesadaran yang tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemanpuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
7. Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara berbagai hal (holistik view).
8. Kecenderungan untuk
bertanya untuk mencari jawaban yang mendasar.
9. Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan dan nilai yang lebih tinggi pada orang lain
Seorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh
pengabdian
-
yaitu
seorang yang bertanggung jawab untuk
membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, ia dapat
memberikan
inspirasi terhadap orang lain (Zohar&Marshall, 2007, 14).
Pondok pesantren menjadi tempat yang sangat mendukung, untuk mengembangkan kulitas spiritual, ini dikarenakan kegiatan-kegiatan rutin
yang dilakukan setiap hari, seperti di pondok pesantren Tebuireng Jombang,
dalam
observasi
dan
wawancara yang
dilakukan pada tanggal 21-11-09,
kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh para santri adalah, melakukan
shalat berjama’ah, kemudian selesai shalat ada ritual wiridan yang dilakukan oleh santri, dan selain itu ada juga kegiatan halaqoh atau mengaji kitab kuning di
aula
secara berjama’ah.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas, akan membentuk perilaku santri
yang
berahklaq mulia,
memiliki
motivasi yang tinggi,
serta akan bisa membentuk kualitas spiritual yang tinggi pada para santri yang tinggal di
pondok pesantren Tebuireng, tidak semua santri dalam melakukan kegiatan rutin di pondok pesantren, mempunyai motivasi yang tinggi untuk
melaksanakannya, ada yang malas-malasan, sebagaimana yang dikatakan Lukman Hakim, kepala
pondok pesantren Tebuireng, pada tanggal 21-11-
2009 Bahwa:
“ada beberapa santri yang malas, menjadikan lemari sebagai sekat- sekat
di dalam
kamarnya,
kemudian
tidur di sana, dan
tujuannya supaya
mereka tidak dibangunkan pengasuh, waktu shalat
subuh”.
(Wawancara dengan Lukman Hakim kepala pondok pesantren Tebuireng, 21-11-2009)
Selain itu para santri
yang cendrung
bermalas-malasan dalam melakukan kegiatan rutin di pondok, seperti shalat berjama’ah dan sebagainya,
mempunyai dampak terhadap prestasi belajarnya
di
sekolah,
seperti
yang dikatakan oleh kepala pondok
pesantren Tebuireng, Lukman Hakim
“santri yang mempunyai permasalahan di pondok seperti malas untuk dibangunkan pengasuh
ketika mau
sahalat
subuh berjama’ah, ini mempunyai
hubungan dengan prestasi santri tersebut waktu
di sekolah”. (Wawancara dengan Lukman Hakim, kepala pondok pesantren Tebuireng, 21-11-2009)
Selain itu,
wawancara juga dilakukan pada pada 05-01-2010, di
pondok pesantren Al-Asma’ul Husna, wawancara dilakukan pada salah satu
pengajar di pondok
pesantren Al-Asma’ul Husna NW Tanak Beak Barat,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para santri adalah, melakukan shalat
duha setiap
pagi
secara
rutin,
kemudian
mengaji tadarusan,
pengajian nasihat kisah tauladan sahabat nabi, pengajian kitab hadits.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas, akan membentuk perilaku santri
yang berakhlak mulia,
seperti
menghormati guru, sopan-santun
terhadap
orang yang lebih tua, dan penyayang terhadap yang lebih kecil, kemudian hal inilah yang akan
bisa membentuk kualitas spiritual yang
tinggi pada para santri yang tinggal di
pondok pesantren Al-Asma’ul Husna, seperti yang
dikatakan Mahpur
(2008) Pesantren
merupakan
ajang pertapaan
zuhud
sekaligus medium
penempa kemandirian dan kesalehan hidup bagi
penghuni (santri) yang memiliki makna
holistik membimbing kematangan
kepribadian, memberikan kesempatan muhasabah dalam waktu yang cukup lama
yang dipraktikkan melalui cara hidup keseharian,
hubungan keilmuan yang didasari oleh tawadhu’ dan punya keragaman pembelajaran, pembiasan menuju kematangan melalui cara hidup sederhana, melalui ritus- ritus yang direplikasi secara emosional, psikologis dan spiritual sehingga kebiasaan
itu memberiakan kontribusi
kekayaan psikologis
kaum
santri untuk siap menjadi pribadi yang matang (Mahpur, 2008, vii).
Walaupun kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren di atas
sudah
terlaksana dengan
baik,
ada beberapa permasalahan yang muncul pada
para siswa,
seperti
yang
dikatakan salah satu pengajar
di
pondok pesantren Al-Asma’ul Husna NW Tanak Beak Barat, Syukriadi
“Tingkat motivasi
mereka rendah
dalam
proses belajar, ini dapat dilihat dari kurangnya prestasi yang
diraih oleh
siswa,
kemudian
rendahnya minat belajar ketika tidak ada guru” (Wawancara dengan Syukriadi, guru di pondok
pesantren Al-Asma’ul Husna NW Tanak
Beak
Barat,” (05-01-2010).
Dari beberapa permasalahan
di atas, seharusnya
para santri mempunyai
motivasi yang tinggi, kenapa
hal tersebut
bisa
terjadi ? seharusnya, siswa yang tinggal di pondok pesantren memiliki semangat atau
girah untuk berlomba-lomba
dalam
melaksanakan kebaikan
fastabiqul khairat. Kenapa motivasi mereka rendah? Contoh Skripsi
Di sisi lain, tidak semua santri yang tinggal di pondok
pesantren
memiliki motivasi berprestasi yang rendah, tetapi ada juga para alumni dari pondok pesantren yang memiliki motivasi untuk
berprestasi yang tinggi,
sehingga mereka berhasil,
seperti KH. Abdurrahman Wahid
(Gus
Dur),
beliau
merupakan
alumni
dari
pesantren yang
berhasil dengan
segudang prestasi baik di Indonesia maupun di luar negeri dengan kecerdasan dan keluasan ilmu yang dimilikinya, dan beliau juga bisa menjadi Presiden RI yang ke 4. Kemudian ada juga Nur Cholis Madjid, beliau merupakan alumni pondok
pesantren yang berhasil menjadi
cendikiawan
muslim yang berpengaruh
di
Indonesia, dengan pemikiran-pemikiranya telah banyak
memberikan
sumbangan khazanah keilmuan bagi
kemajuan pendidikan, selain
itu
beliau juga sebagai tokoh nasional. Contoh Skripsi
Selain tokoh di atas, masih banyak alumni pondok pesantren yang
telah
berhasil
dalam bidang yang lain, salah satu
contohnya
di
pondok pesantren Al-Asama’ul Husna NW Tanak Beak Barat Lombok Tengah, ada
beberapa alumni yang telah menjadi guru, pegewai pemerintah, bahkan ada
yang sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung, suatu pondok
pesantren yang tinggal di pedesaan, hal ini
merupakan kebanggan dan keberhasilan yang luar biasa, karena sebagian masyarakat di desa Tanak
Beak Barat tingkat
pendidikannya rata-rata sampai sekolah dasar (SD). Contoh Skripsi
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa tingkat motivasi berprestasi para alumni dari pondok pesantren tidak selamanya rendah, ada juga yang tinggi,
melihat berbagai
fenomana
di atas,
apakah ada hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan motivasi berprestasi pada santri pondok pesantren Al-Asma’ul Husna NW Tanak Beak Barat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari
latar belakang
di
atas,
yang
menjadi
rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat
kecerdasan spiritual pada santri pondok pesantren
Al-Asma’ul Husna NW Tanak Beak Barat Lombok Tengah ?
2. Bagaimana tingkat motivasi berprestasi pada santri pondok
pesantren
Al-Asma’ul Husna NW Tanak Beak Barat Lombok Tengah?
3. Apakah
ada hubungan anatara
kecerdasan
spiritual dengan motivasi
berprestasi pada santri
pondok
pesantren Al-Asama’ul
Husna
NW Tanak
Beak Barat Lombok Tengah ?
===================================
Anda dapat memiliki word/file aslinya
Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar, 50.000,- MURAH Meriah
Anda tidak repot lagi mencari referensi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2
SELAMAT DATANG
terimakasih telah berkunjung
KUMPULAN JUDUL TESIS MANAJEMEN KLIK
KUMPULAN JUDUL TESIS STUDI AGAMA ISLAM KLIK
KUMPULAN JUDUL Keperawatan KLIK
KUMPULAN JUDUL Tesis PAI USA KLIK
KUMPULAN JUDUL TESIS AHWAL SYAHSHIYAH KLIK
KUMPULAN JUDUL TESIS PENDIDIKAN GURU MADRASAH KLIK
MOHON MAAF JIKA PENGUNJUNG TERGANGGU DANGAN IKlAN :-)
sekiranya mengganggu segera di tutup saja
alhamdulilah, blog dikunjungi 400 orang / hari :-)
kami adalah jasa pencari referensi ILMIAH
hub.0857-351-08864
terimakasih telah berkunjung
KUMPULAN JUDUL TESIS MANAJEMEN
KUMPULAN JUDUL TESIS STUDI AGAMA ISLAM
KUMPULAN JUDUL Keperawatan
KUMPULAN JUDUL Tesis PAI USA
KUMPULAN JUDUL TESIS AHWAL SYAHSHIYAH
KUMPULAN JUDUL TESIS PENDIDIKAN GURU MADRASAH
MOHON MAAF JIKA PENGUNJUNG TERGANGGU DANGAN IKlAN :-)
sekiranya mengganggu segera di tutup saja
alhamdulilah, blog dikunjungi 400 orang / hari :-)
hub.0857-351-08864
No comments:
Post a Comment