untuk mencari judul skripsi yang di inginkan
Wednesday, January 18, 2012
aktualisasi madrasah dalam mewujudkan suasana religious | Contoh Skripsi
Penulis : -
Kode : 134
Judul : aktualisasi
madrasah dalam mewujudkan suasana religious ( studi kasus di madrasah
tsanawiyah negeri malang i )
-------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khas
Islam, madrasah memegang peran penting dalam proses pembentukan kepribadian
anak didik, karena itu melalui pendidikan madrasah ini para orang tua berharap
agar anak-anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus, tidak hanya pengetahuan
umum (iptek) tetapi juga memiliki kepribadian dan komitmen yang tinggi terhadap
agamanya (imtaq). Oleh sebab itu jika kita memahami benar harapan orang tua ini
maka sebenarnya madrasah memiliki prospek yang cerah.
Sebagaimna tertuang dalam kurikulum madrasah tahun 1994,
bahwa madrasah adalah sekolah yang berciri khas agama Islam. Ciri khas itu berbentuk (1) mata pelajaran-mata
pelajaran keagamaan yang dijabarkan dari pendidikan agama Islam, yaitu:
al-Qur’an hadits, aqidah akhlak, fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan bahasa
arab; (2) suasana keagamaannya, yang berupa suasana kehidupan madrasah yang
agamis/religius, adanya sarana ibadah, penggunaan metode pendekatan yang agamis
dalam penyajian bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang memungkinkan;
dan kualifikasi guru yang harus beragama Islam dan berakhlak mulia, disamping
memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar berdasar ketentuan yang berlaku.
Inti dari kebijakan tersebut, ialah bahwa pendidikan
madrasah hendak dirancang dan diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih
serta mengajar dan / atau menciptakan
suasana agar para siswa (lulusannya) menjadi manusia muslim yang berkualitas.
Dalam arti mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan
hidup yang Islami dalam konteks keindonesiaan. Makna pendidikan Islami sebagai
aktivitas (formal dan non formal) dan sebagai fenomena peristiwa (informal)
semuanya termuat dan perlu terkondisikan di madrasah. Pemahaman manusia
berkualitas dalam khazanah pemikiran Islam sering disebut sebagai insan
kamil (Zarkowi Soejoeti, 1987), yang mempunyai sifat-sifat : manusia yang
selaras : (jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi), manusia nazhar dan I’tibar
(kritis, berijtihad, dinamis, bersikap ilmiah dan berwawasan ke depan) serta manusia
yang memakmurkan bumi.Contoh Skripsi
Dalam prakteknya, dapat kita pahami bahwa aktualisasi
madrasah sebagai sekolah yang memiliki ciri khas agama Islam masih jauh dari
yang diharapkan. Pemahaman tentang ciri khas agama Islam masih dipahami secara
parsial, hanya dilihat dari aspek luarnya saja (eksoterik) dan simbolik.
Pemahaman dan aktualisasi ciri khas pertama misalnya hanya dilihat dari segi
penjabaran materi dan alokasi waktu yang lebih banyak dibandingkan sekolah non
madrasah. Pada pendidikan madrasah mata pelajaran agama Islam dibagi ke dalam
beberapa sub mata pelajaran, yaitu: al-Qur’an-hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih,
sejarah Kebudayaan Islam, dan bahasa arab, sehingga porsi mata pelajaran
pendidikan agama Islam lebih banyak. Sementara pada pendidikan non madrasah,
mata pelajaran pendidikan agama Islam digabung menjadi satu, dan porsinya hanya
dua jam per-minggu. Namun demikian di dalamnya pada dasarnya juga meliputi
al-Qur’an Hadits, keimanan (aqidah), akhlak, ibadah-syariah-muamalah (fiqh),
dan sejarah (kebudayaan) Islam.
Demikian juga pada ciri khas yang kedua, pemahaman dan
aktualisasinya juga masih terbatas pada aspek luarnya saja. jika dibedakan
dengan sekolah non madrasah maka perbedaan
itu dapat dilihat misalnya dalam berpakaian seragam dan ucapan-ucapan
salam. Di madrasah para siswanya (puteri) memakai jilbab dan siswa putera
memakai celana panjang, sedangkan pada sekolah non madrasah para siswa puteri
memakai baju rok dan siswa (putera) memakai celana pendek untuk tingkat SLTP,
sedangkan pada tingkat SMU siswa (laki-laki) memakai celana panjang dan siswa
puteri boleh memakai rok boleh juga memakai jilbab. Bila siswa berjumpa dengan
dengan siswa lain atau berjumpa dengan guru, atau tenaga kependidikan lainnya,
maka untuk di madrasah mereka akan saling mengucapkan salam (Assalamu’alaikum)
sedangkan di sekolah non madrasah bisa bermacam-macam, ada selamat pagi,
selamat siang dan selamat sore. Di madrasah, kegiatan belajar mengajar
didahului dengan ucapan salam dari sang guru atau mungkin ditambah dengan do’a
berbahasa arab, demuikian juga pada akhir kegiatan belajar mengajar. Sedangkan
di sekolah non madrasah mungkin sebagian besar tidak demikian, karena para
gurunya bervariasi.Contoh Skripsi
Masih banyak lagi perbedaan-perbedaan antara keduanya
yang lebih mengarah pada simbol-simbol tertentu. Ketika perbedaan antara
madrasah dan non madrasah hanya dipahami sebagaimana tersebut di atas, maka
kita akan terjebak pada pemahaman kulit luar atau lahiriah (eksoterik) yang
bersifat simbolik. Sehingga ketika perbedaan-perbedaan tersebut sudah mampu
diciptakan di sekolah non madrasah, maka beda antara madrasah dan non madrasah
sudah menjadi kabur dan bahkan hilang. Dengan demikian untuk apa madrasah
disebut sebagai sekolah yang berciri khas agama Islam bilamana tidak ada
perbedaan yang subtansial antara keduanya.Contoh Skripsi
Jika ditelaah lebih mendalam ciri khas agama Islam
tersebut di atas, maka pada ciri khas yang pertama, mengandung makna
bahwa pendidikan agama Islam di madrasah bukan hanya didekati secara keagamaan,
tetapi juga didekati secara keilmuan (Muhaimin, 1997: 15). Pendekatan keagamaan
mengasumsikan perlunya pembinaan dan pengembangan komitmen (pemihakan) terhadap
ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup muslim. Sedangkan pendekatan
keilmuan mengasumsikan perlunya kajian kritis, rasional, obyektif-empirik dan
universal terhadap masalah keagamaan Islam.Contoh Skripsi
Kedua pendekatan tersebut harus didukung oleh komitmen akademis-religius
atau personal dan profesional religius dari para pengelola dan pembinanya.
karena jika tidak, bisa jadi pendekatan keilmuan akan tertindih oleh pendekatan
keagamaan, sehingga penjabaran mata pelajaran pendidikan agama Islam ke dalam
sub-sub mata pelajaran tersebut akan kehilangan makna. Jika demikian maka tidak
ada bedanya antara pendidikan agama Islam yang dilakukan di madrasah dengan non
madrasah, atau dengan di masyarakat atau di masjid dan mushalla, dan jika
memang demikian adanya maka sebaiknya diserahkan saja pendidikan agama itu
kepada masjid-masjid atau TPA-TPQ, majlis ta’lim di masjid, mushalla dan
seterusnya. Atau sebaliknya bisa jadi pendekatan keagaman tertindih oleh
pendekatan keilmuan, sehingga pendidikan agama Islam menjadi Islamologi yang
hanya menekankan pada intelectual exercise dan suasana religius tidak tercapai di
madrasah.Contoh Skripsi
Pada ciri khas yang kedua, mengandung makna
perlunya penciptaan suasana religius di madrasah. Suasana religius bukan hanya
bermakna simbolik seperti dalam berpakaian siswanya (puteri) memakai jilbab dan
siswa putera memakai celana panjang, bila berjumpa dengan orang lain
mengucapkan salam (assalamu’alaikum) dan seterusnya, tetapi lebih jauh dari itu
berupa penanaman dan pengembangan nilai-nilai religius (keIslaman) pada setiap
bidang pelajaran yang termuat dalam program pendidikannya. Konsekuensinya
diperlukan guru-guru yang mampu mengin tegrasikan wawasan imtaq dan iptek,
diperlukan buku teks yang bernuansa religius dan bermuatan pesan-pesan agamis
pada setiap bidang atau mata pelajaran yang diprogramkan. Contoh Skripsi
Menurut Nucholis Madjid (1997: 124),
suasana religiusitas yang berbentuk ritual dan simbolik dianggap sebagai
“bingkai” atau “kerangka”, sebab itu ritus dan formalitas bukanlah tujuan, ia
akan baru memiliki makna yang hakiki jika menghantarkan orang yang bersangkutan
kepada tujuannya yang hakiki, yaitu kedekatan (taqarrub) kepada Allah dan
kebaikan kepada sesama manusia (akhlak karimah). Sebab itu secara subtansial
menurut Nurcholis Madjid (1997: 128), terwujudnya suasana religiusitas adalah
ketika nilai-nilai keagamaan berupa nilai rabbaniyah dan insaniyah (ketuhanan
dan kemanusiaan) tertanam dalam diri seseorang dan kemudian teraktualisasikan
dalam sikap, prilaku dan kreasinya. Nilai-nilai ketuhanan tersebut oleh Madjid
dijabarkan antara lain berupa nilai: iman, Islam, Ihsan, taqwa, Ikhlas,
Tawakkal, Syukur dan Shabar. Sementara nilai Kemanusiaan berupa: silaturrahmi,
persaudaraan, persamaan, adil, baik sangka, rendah hati tepat janji lapang
dada, dapat dipercaya, perwira, hemat, dermawan. (Madjid, 1997: 128-136).Contoh Skripsi
Setelah proses penanaman dan
internalisasi nilai-nilai rabbaniyah dan insaniyah di atas pada
akhirnya diharapkan terwujud dan teraktualisasi dalam sikap dan prilaku
sehari-hari. Bagi civitas madrasah, aktualisasi nilai-nilai religius tersebut
akan tampak dalam aktivitas pendidikan, performansi manusia atau masyarakat
madrasah (kepala madrasah, guru, murid, dan karyawan), suasana dan lingkungan
pendidikan, suasana pembelajaran, serta keadaan fisik madrasah.Contoh Skripsi
Suasana religius di MTs N Malang I
yang sementara ini dapat penulis amati adalah suasana dimana kehidupan
baik guru-guru, tata usaha dan karyawan lainnya serta para siswa setiap harinya
selalu memberikan corak kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Sekilas
dapat digambarkan kehidupan religius di MTs N Malang I antara lain tergambar
dalam kebiasaan dan rutinitas pelaksanaan kegiatan pendidikan, seperti:
kebiasaan membaca do’a sebelum pelajaran pertama di mulai dan setelah
pelajaran, membaca al-Qur’an selama lima menit sebelum jam pelajaran pertama di
mulai, kebiasaan mengucapkan salam (baik sesama siswa, sesama guru dan pegawai
tata usaha, maupun siswa dan guru serta pegawai tata usaha), sholat dzuhur
berjamaah, sholat dhuha, sholat jum’at, puasa senin dan kamis, pemeliharaan
kebersihan lingkungan sekolah melalui jum’at bersih, penataan lingkungan
sekolah.
Kegiatan
yang menggambarkan suasana religius di atas berjalan secara rutin setiap hari.
Disamping itu kegiatan-kegiatan lain yang juga merupakan kegiatan yang bersifat
religius yang dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti: berkurban pada bulan
zul Hijjah (setelah/selesai sholat ‘Idul adha) peringatan-peringatan hari besar
Islam (Isra’ mi’raj, dan lain-lain) dan halal bi halal pada bulan Syawal.
Suasana
religius di MTs N Malang I seperti digambarkan di atas, menurut Bapak Juned dan
Ibu Sri Istuti Mamik telah berlangsung sejak lama terutama kebiasaan sholat
dhuhur berjama’ah, sholat jum’at, membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran,
dan mengucapkan salam antar siswa, guru, karyawan. Suasana religius semakin
tampak sejak kepemimpinan Bapak Abd. Djalil sampai kepemimpinan Ibu Mamik
sekarang ini, disamping mengembangkan kegiatan di atas, kegiatan lain seperti;
sholat dhuha, mentradisikan puasa senin dan kamis, dan membaca al-Qur’an lima
menit sebelum pelajaran pertama di mulai.
Penelitian
ini selanjutnya hendak mendeskripsikan secara empirik dan lebih mendalam
tentang aktualisasi madrasah dalam menciptakan suasana religius dengan
mengambil kasus MTs N Malang I. Penelitian ini untuk mengetahui ada dan/ atau
tidak adanya nya kesenjangan antara apa yang diharapkan dari madrasah sebagai
sekolah yang berciri khas agama islam dengan apa yang dipraktekkan atau
diaktualisasikan oleh MTs N malang I. Penelitian ini pada akhirnya berusaha
mengkonstruk teori tentang model pengembangan madrasah dalam rangka
aktualisasinya dalam menciptakan suasana religius di sekolah.Contoh Skripsi
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka berikut ini penulis
kemukakan beberapa permasalahan yaitu :
1.
Bagaimana aktualisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I
dalam menciptakan suasana religius di sekolah ?
2.
Bagaiamana persepsi guru-guru, karyawan dan siswa
terhadap penciptaan suasana religius di Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I ?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi MTs N Malang I
dalam menciptakan suasana religius ?
===================================
Anda dapat memiliki word/file aslinya
Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar, 50.000,- MURAH Meriah
Anda tidak repot lagi mencari referensi.
Di jamin asli.contohmakalah
winrar sortware:
http://www.ziddu.com/download/17271885/wrar390.exe.html
C.
TUJUAN STUDI
Sebagaimana
rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui aktualisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang
I dalam menciptakan suasana religius di sekolah
2.
Mengetahui persepsi guru-guru, karyawan dan siswa
terhadap suasana religius di Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I
3.
Mengidentifikasi Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
MTs N Malang I dalam menciptakan suasana religius
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2
SELAMAT DATANG
terimakasih telah berkunjung
KUMPULAN JUDUL TESIS MANAJEMEN KLIK
KUMPULAN JUDUL TESIS STUDI AGAMA ISLAM KLIK
KUMPULAN JUDUL Keperawatan KLIK
KUMPULAN JUDUL Tesis PAI USA KLIK
KUMPULAN JUDUL TESIS AHWAL SYAHSHIYAH KLIK
KUMPULAN JUDUL TESIS PENDIDIKAN GURU MADRASAH KLIK
MOHON MAAF JIKA PENGUNJUNG TERGANGGU DANGAN IKlAN :-)
sekiranya mengganggu segera di tutup saja
alhamdulilah, blog dikunjungi 400 orang / hari :-)
kami adalah jasa pencari referensi ILMIAH
hub.0857-351-08864
terimakasih telah berkunjung
KUMPULAN JUDUL TESIS MANAJEMEN
KUMPULAN JUDUL TESIS STUDI AGAMA ISLAM
KUMPULAN JUDUL Keperawatan
KUMPULAN JUDUL Tesis PAI USA
KUMPULAN JUDUL TESIS AHWAL SYAHSHIYAH
KUMPULAN JUDUL TESIS PENDIDIKAN GURU MADRASAH
MOHON MAAF JIKA PENGUNJUNG TERGANGGU DANGAN IKlAN :-)
sekiranya mengganggu segera di tutup saja
alhamdulilah, blog dikunjungi 400 orang / hari :-)
hub.0857-351-08864
No comments:
Post a Comment