SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Tuesday, November 22, 2011

peningkatan keprofesionalan guru dalam pembelajaran pendidikan agama islam | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode    : 100
Judul    : peningkatan keprofesionalan guru dalam pembelajaran pendidikan agama islam di smpn 13 malang
==============================================

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang MasalahContoh Skripsi

Keberhasilan pendidikan dapat diukur dengan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru di dalam kelas. Namun, operasionalnya keberhasilan itu banyak pula ditentukan oleh manajemen pendidikan di samping dipengaruhi oleh beberapa faktor pendidikan yang harus ada dan juga terkait di dalamnya. Faktor tersebut adalah: (1) guru, (2) materi, dan (3) siswa.
Ketiga komponen utama dalam pengajaran tersebut saling berkaitan. Akan tetapi, faktor guru merupakan faktor paling dominan dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru sebagai perencana sekaligus sebagai pelaksana pembelajaran serta pemberi balikan untuk memotivasi siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa posisi  guru dalam dunia pendidikan sangat penting. Berdasarkan fungsi dan perannya yang sangat besar itu, maka idealnya seorang guru harus memiliki keprofesionalan dalam menjalankan tugasnya. Dengan memiliki keprofesionalan tersebut guru diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan yang optimal sebagaimana telah tertuang dalam UU RI no. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB II pasal 3 yaitu:Contoh Skripsi
1
 
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[1].

Guru merupakan profesi, maka untuk menjadi guru harus memiliki sertifikasi dan etika profesi. Program sertifikasi dilakukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru seperti yang  telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam mlalui Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar.
Sertifikasi kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi oleh lembaga sertifikasi.
Guru mempunyai kewajiban untuk mengawasi dan membantu murid dalam kegiatan belajar mengajar. Sekaligus mereka dituntut agar meningkatkan dirinya menjadi guru yang profesional sehingga guru harus memiliki kompetensi dalan kegiatan belajar mengajar seperti menguasai bahan pelajaran sekolah, menguasai proses belajar mengajar, menguasai penggunaan media dan sumber, dapat mengevaluasi hasil belajar siswa, dapat memotivasi siswa dalam belajar dan lain-lain.
Penelitian Semiawan tahun 1998 menyimpulkan bahwa kualitas guru yang rendah, mengakibatkan daya serap peserta didik SD, SLTP, dan SLTA terhadap materi pelajaran yang diterima hanya sekitar 35%. Rendahnya mutu pendidikan antara lain diakibatkan oleh rendahnya rendahnya kualitas guru dan kurangnya jumlah guru pada bidang studi tertentu serta pada umumnya guru kurang mampu dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penelitian Suyono tahun 1998 tentang kualitas guru di berbagai jenjang pendidikan menunjukkan bahwa : (1) guru kurang mampu merefleksikan apa yang pernah ada, (2) dalam pelaksanaan tugas, guru pada umumnya terpancing untuk memenuhi target minimal, yaitu agar siswa mampu menjawab tes dengan baik, (3) para guru enggan beralih dari model mengajar yang sudah mereka yakini tepat, (4) guru selalu mengeluh tentang kurang lengkap dan kurang banyaknya buku paket. Mereka khawatir kalau yang diajarkan tidak sesuai dengan soal-soal yang akan muncul dalam UUB, Ebta, dan Ebtanas, (5) kecenderungan guru dalam melaksanakan tugas mengajar hanya memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan saja. Dimensi pengembangan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif kurang mendapat perhatian[2].
Selanjutnya Pusat Informasi Data Balitbang Depdiknas tahun 2001 menunjukkan bahwa guru sekolah dasar yang layak mengajar (berpendidikan D2, D3, dan S1) baru 38% atau baru 442.310 dari 1.141.168 orang guru sekolah dasar. Oleh karena itu guru harus memiliki sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta mampu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Laporan Badan PBB untuk Program Pembangunan tahun 2001 disebutkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia berada diurutan ke-109 dari 174 negara. Hal ini kemungkinan besar tidak terlepas dari kenyataan bahwa guru-guru di Indonesia belum memenuhi harapan bangsa, misalnya dari segi persyaratan pendidikan, penguasaan ilmu, dan teknologi.

Mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djoyonegoro dalam wawancaranya dengan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) tanggal 16 Agustus 2004 menyatakan bahwa hanya 43% guru yang memenuhi syarat. Artinya 57% guru tidak belum memenuhi syarat.Contoh Skripsi
Glickman menjelaskan bahwa seorang akan bekerja secara profesional bilamana seseorang tersebut mempunyai: (1) kemampuan (ability), dan (2) motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekerja secara profesional bilamana hanya memiliki salah satu diantara dua persyaratan di atas[3].
Guru dapat dikatakan professional apabila memiliki kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi. Guru yang memiliki motivasi yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada siswa, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sangat sedikit. Sebaliknya, guru yang memiliki motivasi tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya kepada siswa, demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak.
Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik yang profesional selalu berkeinginan untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan yang telah diterimanya dan sebagai pernyataan dan kesadaran terhadap perkembangan dan kemajuan bidang tugasnya yang harus diikuti sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman profesional yang berharga mungkin diperoleh oleh guru yang berani dan selalu bersedia mewujudkan ide atau gagasan dan mengembangkan proses belajar mengajar di kelas dan di lingkungan sekitar.
Pembahasan tentang keprofesionalan guru saat ini masih banyak dibicarakan orang dan masih saja dipertanyakan orang baik kalangan para pakar maupun di luar kalangan para pakar pendidikan. Bahkan banyak yang cenderung melecehkan posisi guru. Orang tua siswa pun kadang mencemoohkan dan menuding guru kurang profesional, tidak berkualitas, ketika anaknya tidak dapat menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan yang tidak sesuai dengan keinginannya.Contoh Skripsi
Bukti lain kelemahan sebagian guru juga ditunjukkan oleh hasil penelitian psikologi yang melibatkan responden sebanyak 1975 siswa SD negeri dan swasta di Jakarta. Penelitian untuk disertasi Dr. Fakultas Psikologi UI itu menghasilkan kesimpulan bahwa guru di sekolah-sekolah dasar tersebut tidak mampu mengidentifikasi siswa berbakat[4].
Setiap siswa memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial, ekonomi, dan lingkungan membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, intelegensi, dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi ciri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat terhadap profesi guru kurang berkenan berbeda dengan pengakuan profesi dokter atau hakim . Apabila ukuran tinggi rendahnya pengakuan keprofesionalan tersebut adalah keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya, gurupun ada yang setingkat dengan profesi lain dan bahkan ada yang lebih baik.
 Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru adalah kelemahan yang terdapat pada guru itu sendiri seperti rendahnya keprofesionalan guru, penguasaan guru dalam memotivasi belajar siswa serta kemampuan-kemamuan lain yang belum optimal.
Berdasarkan fenomena dari latar belakang di atas, maka penulis ingin membahas permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan Keprofesionalan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN 13 Malang”.

B. Rumusan MasalahContoh Skripsi
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.       Bagaimanakah profesionalitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Malang?
2.       Kendala apakah yang dihadapi dalam peningkatan profesionalitas guru  Pendidikan Agama Islam di SMPN 13 Malang?
3.       Bagaimana upaya yang dilakukan oleh SMPN 13 Malang dalam peningkatan profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam?

 
===================================    
Anda dapat memiliki word/file aslinya
Silahkan download file aslinya setelah menghubungi admin….. klik disini
 Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar,  50.000,- MURAH Meriah
                                                     Anda tidak repot lagi mencari referensi.
                                                     Di jamin asli.contohmakalah






[1] UURI, Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm:7
[2] Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm: 18-19
[3] Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm: 5
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dalam Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm: 222

No comments:

Post a Comment

1

2










                 KLIK

translet


Tags

tempat sharing

Blog Archive

Blog Archive