SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Tuesday, June 5, 2012

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     :202
Judul     : Pembelajaran kooperatif  dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab
 -------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah



Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan kehidupan yang cerdas. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, bukanlah tugas yang ringan. Oleh karena itu mutu pendidikan dan peningkatan kualitas siswa saat ini dan di masa mendatang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang intensif. Mengingat siswa sebagai salah satu sumber daya manusia serta sebagai aset nasional yang memiliki potensi yang besar dalam menentukan kehidupan suatu bangsa. Peningkatan kualitas pembelajaran pada bidang studi bahasa Arab salah satunya adalah pembelajaran kooperatif yang dapat membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dengan pendekatan kontekstual.Contoh Skripsi
Dalam kehidupan sehari–hari banyak hal yang berkaitan dengan bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan yang penting bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Karena itulah bahasa Arab dijadikan sebagai salah satu pelajaran pokok di sekolah, mulai dari Madrasah Ibtida`iyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), sampai perguruan tinggi. Salah satu hambatan dalam pelajaran bahasa Arab menurut pengalaman peneliti sendiri selama ini adalah siswa tidak tertarik pada bahasa Arab, karena menurut mereka bahwa bahasa Arab merupakan pelajaran yang sulit dimengerti dan sulit dipahami. Effendy (2001) mengemukakan bahwa terdapat kesan di tengah masyarakat dan di kalangan para pendidik bahwa bahasa Arab kurang dihargai dan kurang diminati. Sehingga kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan prestasi bahasa Arab masih rendah.  Contoh Skripsi
Rendahnya minat kepada bahasa Arab ditandai dengan relatif rendahnya minat memasuki program studi Sastra Arab di perguruan tinggi, dan rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab. Selanjutnya, menurut Effendy (2001:416) rendahnya apresiasi kepada bahasa Arab disebabkan oleh banyak faktor, baik yang obyektif maupun subyektif, antara lain (1) pengaruh psikologis penduduk Indonesia  (terutama muslim) merasa rendah diri dengan segala sesuatu yang berbau Islam dan Arab, (2) sikap islamophobia, yakni perasaan cemas dan tidak suka terhadap kemajuan Islam dan umat Islam, (3) terbatasnya pengetahuan dan wawasan karena kurangnya informasi yang disampaikan  kepada khalayak mengenai kedudukan dan fungsi bahasa Arab, (4) kemanfaatan bahasa Arab dari tinjauan pragtis-pragmatis rendah dibandingkan dengan bahasa asing lain terutama bahasa Inggris.
Bahasa adalah alat komunikasi yang memungkinkan adanya interaksi antara individu dalam masyarakat. Bahasa bersifat universal yang dipakai oleh siapapun tanpa melihat ras, suku, latar belakang sosial, bahkan lintas antar bangsa atau benua. Menurut Matsna (2002:48). Bahasa Arab pertama kali muncul dan dikenal oleh  bangsa Indonesia sejak Islam masuk ke negeri kita sekitar abad ke 13 M. Hal di atas senada dengan Nurhadi dkk (dalam Effendy, 2001:407) bahwa bahasa Arab masuk ke nusantara bersamaan dengan masuknya agama Islam  melalui para pedagang muslim dari Arab dan Persia. Bahasa Arab mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam, seiring dengan penyebaran dakwah Islam, karena karakteristik Islam tidak lepas dan tidak dapat di pisahkan dari bahasa Arab.Contoh Skripsi
Tujuan awal pengajaran bahasa Arab di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah, khususnya sholat (Effendy, 2002:25). Mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, maka bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat urgen dalam kehidupannya. Dalam pengembangannya, Anwar (dalam Effendy, 2001) pengajaran bahasa Arab di Indonesia sangat bervariasi antara lain: (1) pengajaran bahasa Arab (PBA) yang bersifat verbalistis, yaitu untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-qur`an,  doa-doa dan bacaan-bacaan sholat, (2) pengajaran bahasa Arab (PBA) yang berkaitan erat dengan pemahaman dan pendalaman ajaran agama Islam, (3) pengajaran bahasa Arab (PBA) bertujuan agar pembelajar memiliki kemahiran berbahasa Arab, (4) pengajaran bahasa Arab (PBA) yang kurikulumnya ditentukan oleh pemerintah dan berlaku secara nasional di Madrasah Ibtida`iyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA). Di semua jenjang madrasah bahasa Arab adalah mata pelajaran wajib, (5) pengajaran bahasa Arab (PBA) untuk tujuan keahlian dan profesionalisme.
Perkembangan bahasa Arab di Indonesia saat ini mengalami kemajuan, karena semakin maraknya lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab diberbagai jenjang pra sekolah hingga perguruan tinggi (Arifah, 2005). Hal ini banyak dijumpai pada apresiasi masyarakat yang peduli terhadap pengembangan bahasa Arab. Realita  tingginya perhatian masyarakat terhadap bahasa Arab ini mengundang peluang dan tantangan bagi ahli bahasa dan praktisi pendidikan dalam mengembangkan bahasa Arab di Indonesia. Mereka terus menerus untuk meneliti, mengamati apakah pembelajaran bahasa Arab selama ini sudah mencapai tujuan yang baik dan memberikan kontribusi yang berfungsi bagi masyarakat. Maka para praktisi dan ahli bahasa bangkit untuk mengadakan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab dan berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Arab yang lebih efektif dan produktif.
Namun banyak di temukan  di sekolah-sekolah, menurut Tanjung (dalam Maulidah, 2004) guru lebih berperan sebagai pusat belajar siswa, guru terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai satu-satunya pemberi pengetahuan kepada siswa. Guru menjelaskan seluruh materi yang diajarkan sejelas-jelasnya dengan harapan siswa dapat dengan cepat memahami materi yang diajarkan. Kondisi ini berlanjut sampai pada kegiatan penilaian terhadap siswa yang lebih berfokus pada hasil yang mengabaikan apek proses, afektif dan psikomotorik, sehingga tujuan dari pembelajaran kurang dapat dicapai secara optimal karena siswa pasif dalam pembelajaran.
            Selama ini pembelajaran bahasa Arab masih menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Pelajaran dimulai dari konsep atau rumus atau definisi kemudian dilanjutkan dengan memberikan contoh, setelah siswa mempelajari contoh yang telah diberikan oleh guru, siswa diberi soal yang sama seperti contoh yang telah dikerjakan oleh guru. Pada soal yang sama dengan contoh soal, siswa pada umumnya tidak mengalami kesulitan. Mereka akan mengalami kesulitan jika diberikan soal yang berbeda dengan contoh soal. Hal ini terjadi dan sengaja dilakukan, karena siswa cenderung menghafal. Kecenderungan siswa menghafal tidak hanya pada konsep atau definisi, tetapi juga pada cara penyelesaian soal-soal yang diberikan. Kenyataan ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (dalam Mufidah 2005:2) menyatakan bahwa:
"Perkembangan intelektual siswa umunya bergerak dari konkret ke abstrak, maka urutan sajian pokok bahasan pelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori, dan definisi, (2) diberikan contoh-contoh, (3) diberikan latihan soal, diberikan soal bentuk cerita yang terkait dengan terapan matematika atau kehidupan sehari-hari, tidaklah tepat".
           
Untuk mengantisipasi timbulnya masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran dan mendukung siswa agar lebih aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya. Berkaitan dengan hal tersebut Soedjadi (dalam Maulidah, 2004) menyarankan untuk memiliki suatu strategi yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, guru menerapkan model-model atau strategi pembelajaran yang tepat supaya materi yang disampaikan kepada siswa dapat dimengerti. Menurut Good dan Travers (dalam Syahid, 2003:48) mendefinisikan model sebagai suatu model dapat dipakai untuk menirukan, menunjukkan, menjelaskan, memperkirakan atau memperkenalkan suatu. Sedangkan Guftason (dalam Syahid, 2003:48) menguraikan fungsi model sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, petunjuk teratur guna pengambilan keputusan, atau petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif belajar dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas adalah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual yang mengaitkan mata pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
            Pembelajaran kontektual, menurut Nurhadi dkk (2004:12) pertama kali dikenalkan oleh Joh Dewey pada tahun 1916 dengan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan lebih produktif  jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Pembelajaran kontekstual adalah alternatif untuk merubah kondisi belajar yang lebih menyenangkan, yang bertujuan untuk membantu siswa melihat mana dalam bahan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
            Adapun alasan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual, karena pembelajaran kooperatif ini lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dan membentuk suasana kelas yang aktif dan menyenangkan yang akan lebih memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini didasarkan pada pernyataan Johson (dalam Nurhadi dkk, 2004:63) yang menunjukkan adanya  keunggulan pembelajaran kooperatif, dan didukung oleh Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dkk, 2004:62) yamg mengemukakan tentang perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Sedangkan pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena ada beberapa beberapa unsur pendekatan kontekstual yang muncul selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
            Topik “Al-Iqtisha:diyah wa Al-Ma:liyah” merupakan materi pelajaran bahasa Arab yang diajarkan pada siswa kelas III Bahasa semester genap. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti pemyajian topik tersebut dengan menggunakan pembelajaran kooperatif  dengan pendekatan kontekstual. Karena topik tersebut membicarakan masalah yang berada di sekitar kehidupan siswa sehari-hari. Siswa dapat dengan mudah menemukan contoh-contoh yang berkaitan dengan topik tersebut melalui berdiskusi dengan teman sekelas. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pembelajaran kooperatif       dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab di MAN       Malang I”. 

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah utama dalam  penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab di kelas III Bahasa MAN  Malang I”. Sedangkan rumusan masalah penelitian ini secara terperinci adalah sebagai berikut
1.      Bagaimana strategi guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab di MAN Malang I?
2.      Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab di MAN Malang I?
3.      Bagaimana respon siswa selama pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab di MAN Malang I?
4.      Bagaimana hasil belajar siswa setelah pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran bahasa Arab di MAN Malang I?

No comments:

Post a Comment

1

2










                 KLIK

translet