SILAHKAN GUNAKAN FASILITAS "SEARCH" pojok kanan atas
untuk mencari judul skripsi yang di inginkan

pemesanan => Hub: 0857-351-08864

Thursday, May 3, 2012

manajemen pengembangan profesionalisme instruktur | Contoh Skripsi


Penulis : -
Kode     :173
Judul     :  Manajemen Pengembangan Profesionalisme Instruktur
 -------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah



Dalam bab ini berturut-turut akan dibahas: (a) Latar belakang penelitian; (b) Rumusan masalah dan Fokus penelitian; (c) Tujuan penelitian; (d) Manfaat penelitian; dan (e) Batasan istilah.

A.  Latar Belakang Penelitian
Pendidikan memiliki fungsi strategis dalam pembangunan sebuah bangsa. Dalam penjelasan Undang-undang RI Nomor: 2 tahun 1989, dinyatakan bahwa dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan. Hal senada juga dinyatakan oleh United Nations Development Program (UNDP) dalam The Human Development Report 1990 yang pada intinya mengungkapkan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari indeks kualitas manusia, yaitu; pendidikan, penghasilan, kesehatan, lingkungan fisik, kebebasan dan sebagainya. Semakin tinggi indeks kualitas manusia suatu bangsa maka semakin tinggi pula kemajuan bangsa tersebut.Contoh Skripsi

Pendidikan pada dasarnya merupakan kegiatan menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan / atau latihan bagi peserta didik di masa yang akan datang (UUSPN 2 / 1989). Berdasarkan UUSPN tersebut pendidikan harus dilaksanakan secara terpadu meliputi kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan, sementara itu penyelenggaraannya tidak hanya dilakukan melalui jalur pendidikan sekolah tetapi juga dapat dilakukan di jalur luar sekolah (PP. RI 38/1992).Contoh Skripsi
Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai salah satu wadah pendidikan pada jalur luar sekolah berupaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka mendukung Pembangunan Nasional demi tersedianya tenaga kerja terampil, ahli, disiplin dan produktif (Depnaker, 1990).Contoh Skripsi
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut, unsur yang amat menentukan ketercapaian tujuan adalah peserta pelatihan dan instruktur. Peserta pelatihan sebagai subjek belajar berkaitan dengan proses pribadi (individual process) dalam menginternalisasi pengetahuan, nilai, sifat, sikap dan ketrampilan yang ada di sekitarnya. Sedangkan keberhasilan instruktur sebagai subjek mengajar ditentukan oleh kualitas instruktur secara pribadi-pribadi (individual quality), yang diindikasikan oleh ijazah pendidikan terakhir, kualifikasi ketenagaan, pengalaman mengajar dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan profesinya sebagai intruktur. Dalam peraturan pemerintah RI No. 71 tahun 1991 tentang latihan kerja dijelaskan bahwa tiap instruktur harus memiliki kualifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan metodologi yang diperlukan untuk melatih peserta pelatihan kerjaContoh Skripsi
=================================== 
DAPATKAN FILE nya Dengan menghubungi admin
Anda dapat memiliki word/file aslinya
Silahkan download file aslinya setelah menghubungi admin….. klik disini
 Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar,  50.000,- MURAH Meriah
                                                     Anda tidak repot lagi mencari referensi.
                                                     Di jamin asli.contohmakalah

Instruktur sebagai salah satu tenaga kependidikan memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang RI No. 2 tahun 1989 pasal 27 ayat 1 bahwa tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pelayanan tekhnis dalam bidang pendidikan. Mengingat peranan instruktur yang begitu penting, maka diperlukan pengembangan profesionalisme instruktur secara terpadu dan berkesinambungan.
Pengembangan profesionalitas instruktur harus disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam UU RI No 25 tahun 1997 pasal 120 berbunyi : (1) pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja; (2) pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kualifikasi ketrampilan atau keahlian.
Pengembangan profesionalisme instruktur juga harus disesuaikan dengan tugasnya. Salah satu tugas dari instruktur adalah melatih. Tugas ini harus sesuai dengan tiga kebijaksanaan dasar “Trilogi Latihan Kerja”, yakni (1) latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar/kesempatan kerja; (2) latihan kerja harus senantiasa mutahir dengan perkembangan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi; (3) latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu (Dirjen Binaperta, 1987).
Melalui pengembangan profesionalitas instruktur, maka pimpinan dan instruktur atau staf administrasi wajib mengusahakan pengembangan profesionalisme sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Tekad untuk menjadikan tenaga instruktur sebagai jabatan profesional tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa usaha nyata yang maksimal, terencana dan sistematis ditinjau dari berbagai aspek mulai perencanaan ketenaga kerjaan, rekruitmen, pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan.
Batubara (1992) mengatakan bahwa profesionalisme tidak akan dengan sendirinya terbentuk segera setelah seseorang berhasil dalam menyelesaikan suatu program pendidikan dan pelatihan, akan tetapi juga ditentukan oleh kinerja orang tersebut di tempat kerjanya. Artinya profesionalisme baru memiliki makna jika seseorang telah memasuki dunia kerja serta memiliki komitmen untuk menerapkan dan mengembangkan pengetahuan serta ketrampilannya dalam dunia kerja.
Kualitas produk pelatihan, seperti diakui oleh Menteri Tenaga Kerja, belum memenuhi harapan masyarakat. Penyelenggaraaan pelatihan yang dilakukan masih banyak menghadapi kendala. Secara kuantitatif perkembangan penyelenggarakaan pelatihan memang cukup menggembirakan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Namun relevansi pelatihan tersebut dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha masih sangat lemah.
Sementara hasil monitoring lulusan Balai Latihan Kerja Singosari tahun 1991-1992 sampai tahun 1996-1997 dapat diketahui bahwa pada tahun 1991-1992 lulusan yang bekerja 69,45%., tahun 1992-1993 lulusan yang bekerja 97, 07%., tahun 1993-1994 lulusan yang bekerja 40,56%., tahun 1994-1995 lulusan yang bekerja 82,59%., tahun 1995-1996 lulusan yang bekerja 79,26%., tahun 1996-1997 lulusan yang bekerja 93,75%., tahun 1997-1998 lulusan yang bekerja 32,60 % data hasil monitoring sampai tanggal 25 September 1999). Diantara mereka yang sudah bekerja rata-rata kurang mempunyai daya inovasi dan kreativitas untuk mengembangkan keahliannya, sehingga produk yang dihasilkan kadang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa mutu / kualitas produk pelatihan masih perlu ditingkatkan, kualitas pelatihan yang masih kurang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kompetensi kerja mengakibatkan rendahnya daya serap lulusan di pasar kerja dan dunia usaha. Kondisi pelatihan yang demikian menurut Latief (1994: 4), disebabkan oleh beberapa hal yaitu; (1) sebagian pelatihan lebih didorong oleh pertimbangan banyaknya pengangguran dan putus sekolah (supply driven), daripada pertimbangan kebutuhan renaga kerja yang sebenarnya (demand driven); (2) sebagian besar pelatihan hanya dipandang sebagai kegiatan sosial dan bukan kegiatan ekonomis dalam bentuk investasi sumber daya manusia; (3) sebagian besar pelatihan lebih berorientasi pada pemerintah dari pada swasta sebagai pengguna; (4) sebagian besar pelatihan bersifat sentralistis sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan daerah setempat.
Permasalahan lain, menurut data nominatif pegawai di Balai Latihan Kerja Singosari, adalah rendahnya latar belakang pendidikan formal. Berdasarkan data nominatif pegawai tanggal 31 Juli 2001/2002 berjumlah 99, terdiri dari staf administrasi 42 orang dan instruktur 57 orang. Sementara itu jika dilihat dari latar pendidikan formal peserta latihan yang dilatih mulai dari lulusan sekolah dasar sampai perguruan tinggi, umumnya berlatar belakang pendidikan formal setingkat SLTA.
Menurut data di atas menunjukkan adanya kesenjangan dalam hal pendidikan antara instruktur dengan peserta pelatihan. Latar belakang pendidikan formal instruktur yang hanya setingkat SLTA sedang siswa yang dilatih sebagaian adalah lulusan perguruan tinggi (S1). Kenyataan ini secara psikologis akan dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan pelatihan serta interaksi antara instruktur dengan peserta pelatihan yang berimplikasi terhadap kewibawaan instruktur dalam proses belajar mengajar. Peserta latihan yang berlatarbelakang perguruan tinggi biasanya secara teoritik lebih banyak menguasai materi sementara instruktur lebih banyak menguasai parktek berdasarkan pengalamannya. Kenyataan ini menuntut upaya pengembangan profesionalitas instruktur terutama dari segi pendidikan formalnya agar mereka kaya pengetahuan secara teoritik  dan prakteknya, disamping itu agar mereka mempunyai daya inovatif dan kretaif dalam merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu upaya pengembangan profesionalisme instruktur di Balai Latihan Kerja Singosari berdasarkan pengamatan penulis dilaksanakan secara top down, yaitu untuk mengembangkan profesionalisme instruktur dilaksanakan berdasarkan usulan dari bawah dan atasan sebagai penentu dengan jalan memanggil para instruktur yang akan mengikuti pengembangan. Dengan adanya pola pengembangan yang dilakukan secara top down ini, ada kendala misalnya instruktur yang dipanggil tersebut kadang-kadang tidak mau hadir/datang memenuhi panggilan tersebut. Hal ini disebabkan karena : (1) instruktur merasa kehilangan penghasilan / pemasukan; (2) materi yang diberikan kurang memiliki nilai tambah. Dengan ini diperlukan adanya perubahan suatu strategi pengembangan profesionalisme instruktur dari top down menjadi bottom up.
Untuk mengatasi berbagai masalah di atas, maka diperlukan adanya  manajemen pengembangan profesionalisme instruktur, yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian pengembangan profesionalisme instruktur, yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diantaranya, strategi pengembangan profesionalisme instruktur supaya diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelatihan, yaitu dengan sistem pengembangan yang bersifat sentralisasi (top down) diubah dan dikembangkan menjadi manajemen pengembangan profesionalisme yang bersifat desentralisasi (bottom up). Sementara itu pengembangan profesionalisme instruktur dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan akademik seperti: penataran, diskusi, seminar, lokakarya dan sebagainya. kegiatan tersebut dirasakan dapat memberikan pengaruh positif bagi peningkatan profesi bagi seorang instruktur yang secara otomatis akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa yang dilatih.

B.     Rumusan Masalah Dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan sebenarnya dalam penelitian ini adalah menyangkut kualitas pelatihan di Balai Latihan Kerja. Terdapat kesenjangan antara tuntutan kualitas pelatihan dengan profesionalisme instruktur. Sebagai lembaga pelatihan, BLK dituntut untuk menyelenggarakan pelatihan secara profesional dengan berusaha menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan  teknologi. Sementara itu dilihat dari latar belakang pendidikannya, rata-rata pendidikan terakhir instruktur adalah SLTA, di sisi lain upaya pengembangan profesionalisme sendiri masih bersifat top down. Hal ini berimplikasi pada rendahnya kualitas proses belajar mengajar.
Rendahnya profesionalitas instruktur berkaitan erat dengan manajemen pengembangan profesionalitas instruktur, yakni bagaimana para pemegang kebijakan (decision maker) menetapkan visi dan misi pengembangan dan melakukan proses manajemen yang berakitan dengan (1) perencanaan yang meliputi; pengadaan, seleksi dan pengangkatan; (2) pembinaan serta pengembangan profesionalitas instruktur.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini difokuskan pada manajemen pengembangan profesionalisme instruktur di Balai Latihan Kerja yang terletak di Singosari dengan alasan bahwa BLK  Singosari merupakan BLK yang paling baik ditinjau dari aspek sarana-prasarana, pengelolaan, pengembangan program, dan seringnya dijadikan tempat bagi pelatihan-pelatihan tingkat nasional.
Fokus penelitian ini dijabarkan lebih lanjut dalam rumusan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana visi dan misi pengembangan profesionalisme  instruktur di Balai Latihan Kerja Singosari ?
2.      Bagaimana manajemen pengembangan profesionalisme instruktur di Balai Latihan Kerja Singosari ?
a. Bagaimana proses perencanaan dalam pengadaan,  seleksi dan pengangkatan instruktur baru; dan perencanaan dalam pembinaan dan pengembangan Profesionalisme instruktur  di Balai Latihan Kerja Singosari ?
b.    Bagaimana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan yang dilakukan Balai Latihan Kerja Singosari dalam peningkatan profesionalisme instruktur ?

=================================== 
DAPATKAN FILE nya Dengan menghubungi admin
Anda dapat memiliki word/file aslinya
Silahkan download file aslinya setelah menghubungi admin….. klik disini
 Hanya mengganti biaya administrasi pengelolaan webite sebesar,  50.000,- MURAH Meriah
                                                     Anda tidak repot lagi mencari referensi.
                                                     Di jamin asli.contohmakalah

No comments:

Post a Comment

1

2










                 KLIK

translet


Tags

tempat sharing

Blog Archive

Blog Archive