Kegiatan pembelajaran di lingkungan pesantren berbeda dengan kegiatan pembelajaran di sekolah formal, hal yang demikian ini sesuai dengan pendapat Abdur Rahman Saleh, bahwa:
“Pondok pesantren memiliki ciri sebagai berikut: 1) ada kiai yang mengajar dan mendidik, 2) ada santri yang belajar dari kiai, 3) ada masjid, dan 4) ada pondok/asrama tempat para santri bertempat tinggal. Walaupun bentuk pondok pesantren mengalami perkembangan karena tuntutan kemajuan masyarakat, namun ciri khas seperti yang disebutkan selalu nampak pada lembaga pendidikan tersebut. Sistim pendidikan pondok pesantren terutama pada pondok pesantren yang asli (belum dipengaruhi oleh perkembangan dan kemajuan pendidikan) berbeda dengan sistim lembaga-lembaga pendidikan lainnya”
Seperti juga yang diungkapkan oleh Nurcholis Madjid bahwa: “Pesantren itu terdiri dari lima elemen yang pokok, yaitu: kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain.”
Selanjutnya pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas tertentu dalam kegiatan pembelajarannya, maka dengan ciri khas inilah yang membedakannya dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain.Contoh Skripsi
Kegiatan pembelajaran di pondok pesantren akan berlangsung dengan baik manakala guru memahami berbagai metode atau cara bagaimana materi itu harus disampaikan pada sasaran anak didik atau murid. Begitu pula halnya dengan kegiatan pembelajaran yang ada di pondok pesantren, yang selama ini banyak dilakukan oleh wakil kiai (ustadz, gus, lora ). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arief, bahwasanya dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat dengan PBM, kita mengenal ungkapan yang sudah populer yaitu “metode jauh lebih penting daripada materi.” Contoh Skripsi
Sedemikian pentingnya metode dalam proses belajar mengajar ini, maka proses pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik manakala guru tidak menguasai metode pembelajaran atau tidak cermat memilih dan menetapkan metode apa yang sekiranya tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Contoh Skripsi
Begitu pula proses pembelajaran yang berlangsung di pesantren, seorang ustadz dituntut untuk menguasai metode-metode pembelajaran yang tepat untuk para santrinya, termasuk juga metode yang dipakai dalam pembelajaran kitab yang dikenal tanpa harakat (kitab gundul ). Metode pembelajaran kitab yang lazim dipakai di pesantren (baik di pesantren salaf maupun di pesantren modern ) dari dulu hingga sekarang (diantaranya) adalah metode sorogan dan bandongan .Contoh Skripsi
Dari sekian banyak metode di dalam pembelajaran kitab tanpa harakat di pondok pesantren tidak banyak memperoleh reaksi keras dari pihak santri dikarenakan figur seorang kiai yang selalu dan harus dihormati dan dipatuhi, hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Nurcholis Madjid bahwa: “keberadaan seorang kiai dalam lingkungan pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas kiai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena kiailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan juga pemiliki tunggal sebuah pesantren.”
Selain itu Bruinessen (1994:17) mengungkapkan adanya keyakinan dari kiai, ustadz, ataupun santri bahwa kitab tanpa harakat yang biasanya berwarna kuning merupakan teks klasik yang ada dan selalu diberikan di pesantren sebagai al-kutub mu’tabarah, yaitu suatu ilmu yang dianggap sudah bulat, tidak bisa dirubah-ubah, dan hanya bisa diperjelas dan dirumuskan kembali manakala kiai, ustadz menghendaki.
Dari pemaparan diatas, peneliti mengamati adanya kesenjangan-kesenjangan yang terjadi dalam proses pembelajaran kitab tanpa harakat yang ada di pesantren. Kesenjangan yang dimaksud meliputi proses pembelajaran kitab tanpa harakat, mengapa santri -mayoritas- hanya berperan pasif, dalam artian selama proses pembelajaran kitab, mereka tidak banyak mengemukakan pertanyaan-pertanyaan ataupun komentar seputar kitab yang dipelajarinya. Tidak diketahui apakah mereka diam karena mereka sudah paham ataukah ada sebab-sebab yang lain? Padahal sikap yang mereka tunjukkan di luar lingkungan pesantren –bagi santri yang bersekolah di lembaga pendidikan formal- berbeda dengan ketika mereka berada dalam lingkungan pesantren. Mereka aktif, malah sangat aktif. Selain itu, materi atau ajaran kitab kuning yang disampaikan oleh ustadz, masih kurang menyentuh pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagian santri. Hal ini diketahui dari pola pikir dan tingkah laku mereka sehari-hari, baik itu di lingkungan pesantren maupun di luar pesantren. Kasus inilah yang mendorong peneliti, untuk mencari sebab terjadinya kesenjangan-kesenjangan tersebut. Dengan mengamati pelaksanaan metode pembelajaran kitab tanpa harakat di Pondok Pesantren al-Ishlahiyyah Singosari. Mengingat pentingnya pemahaman terhadap ajaran-ajaran yang ada dalam kitab tersebut, dan apabila pemahaman para santri terhadap isi/ajaran kitab itu salah, maka dalam pensosialisasian ajaran dari kitab tersebut di tengah-tengah masyarakat akan berakibat fatal/kurang baik.
Dengan paparan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui secara jelas tentang bagaimana proses implementasi metode pembelajaran kitab tanpa harakat yang ada di Pondok Pesantren al-Ishlahiyyah Singosari. Contoh Skripsi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas maka ada beberapa rumusan masalah yang penulis ungkapkan sebagai pangkal pikir pada pembahasan selanjutnya.
a. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran kitab tanpa harakat di Pondok Pesantren Putri al-Ishlahiyyah Singosari?Contoh Skripsi
b. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pembelajaran kitab tanpa harakat di Pondok Pesantren Putri al-Ishlahiyyah Singosari?
No comments:
Post a Comment